Ya ampyuun.. Judulnya udah kaya halaman wollipop yaa.. :))
8. Sepertinya sampai tahap ini sudah semakin sedikit kandidat sekolah yang akan kita pilih. Nah, sekarang waktunya cek TKP alias dateng langsung ke sekolahnya. Survey langsung ke sekolah itu suatu keharusan, jangan cuma mengandalkan brosur atau informasi di internet ya. Kita harus dateng liat kondisi sekolahnya seperti apa, kelasnya gimana, kamar mandinya gimana, tanya pola pengajarannya seperti apa, dimana tempat bermainnya, dimana tempat main bolanya,dll
9. Ikuti open-day yang biasanya dilakukan oleh sekolah tersebut pada saat awal-awal pendaftaran. Saat open day itu biasanya kita bisa melihat semua fasilitas yang ada di sekolah. Selain itu, kita juga bisa melihat bagaimana suasana siswa-siswa yang sekolah di sana. Sebagai emak-emak, kita biasanya bisa dapet feeling anak kita bakal betah gak di sekolah itu dengan cara melihat kegembiraan yang dipancarkan raut muka siswa disana, atau hal apa dari sekolah itu yang bisa membuat anak kita tertarik saat pertama kali datang. Biasanya kalau pertama dateng aja anak kita udah gak tertarik, selanjutnya malah ogah-ogahan disuruh sekolah.
10. Kalau udah dapet sekolah yang dipilih. Buruan daftar sejak pendaftaran tahap pertama dibuka, jangan dientar-entar! Selain karena takut kehabisan tempat, biasanya beberapa sekolah memberikan diskon khusus dengan jumlah yang lumayan untuk pendaftar pada tahap pertama ini. Duh, jaman sekarang ini, nggak beli properti, nggak daftarin anak sekolah, emang mesti cepet-cepet ya.. Karena besok harga naik! hahaha..
So, Selamat hunting sekolah ibu-ibuuuu!! semangaaaaatt!
Jadi gini ya buibu, tak seperti zaman kita dulu, persoalan pilih-pilih sekolah buat anak kita zaman sekarang adalah sebuah hal yang pelik. Bahkan peliknya sudah dimulai dari pemilihan playgroup atau Taman Kanan-Kanak. Rempongnya itu persis banget kaya jaman dulu kita nyari kampus untuk kuliah. (Duh, gimana emak-emak zaman sekarang gak penuh drama ya?!!)
Percaya atau gak (mesti percaya), mama-mama urban saat ini seringkali sudah mendaftarkan anak mereka di TK atau SD favorit sepanjang masa sejak 2-3 tahun sebelumnya, bahkan waktu saya ke SD islam yang di mesjid Istiqlal, ada ibu-ibu (bukan cuma satu) yang udah daftarin anaknya dari waktu baru lahir! (Bah! Visioner banget emak-emak ini ya.. Sementara gue masih mikirin asi ekslusif, dia udah mikirin sekolah anaknya).. Well, emang begitulah kenyataan yang menunjukkan betapa sengitnya persaingan masuk Sekolah favorit (khususnya) di Jakarta dan sekitarnya.. Padahal, kalau dilihat biaya masuknya itu, nggak ada yang murahhh lho! Semuanya double digit diatas 20an juta. Makin gila gak tuh? Walaupun kita udah rela bayar mahal, tapi tetep aja belum tentu diterima.. Wkwkwk nasib-nasib *pukpuk diri sendiri*
Jadi, untuk buibu yang anaknya taun depan atau beberapa taun lg mau sekolah.. Sesuai judul postingan ini, ada beberapa tips yang harus dilakukan supaya gak puyeng pada saatnya nanti.
1. Serangkaian persiapan ini harus dilakukan minimal setahun sebelum tahun masuk ajaran baru ya, karena rata-rata sekolah udah mulai membuka pendaftaran sejak november tahun sebelumnya. Luar biasa kan? Dan kalau november (saat gak buru-buru daftar, untuk sekolah favorit, biasanya sudah langsung terisi penuh kuotanya. Jadi kalau kita masih sibuk cari-cari sekolah mendekati ajaran baru, bisa dipastikan telat banget alias dadah babay. (Disclaimer : hal ini berlaku untuk sekolah swasta ya, kalau yang diincer SD Negeri sih biasanya baru buka menjelang tahun ajaran baru)
2. Dimulai dengan melakukan pendataan kecil-kecilan sekolah apa saja yang ada di sekitar tempat tinggal kita. Misal anaknya mau masuk SD, bikin list semua SD yang ada di sekitar kawasan rumah tanpa kecuali, istilahnya seperti bikin database (big data) sebagai bahan sebelum mengambil keputusan. Informasi ini bisa didapat dari internet, blog atau forum, brosur atau spanduk, plang yang ada di jalan ketika kita pulang dan pergi dari kantor, dll.
3. Setelah kita punya data sekolahnya, kemudian kita harus menyortirnya dengan menentukan kualifikasi apa yang kita inginkan dari sebuah sekolah, let say SD. Kalau saya, menentukan kualifikasi pertama adalah SDIT alias Sekolah Dasar Islam Terpadu, karena saya ingin anak-anak saya akrab dengan ajaran Islam dalam tahap awal belajarnya, memiliki wawasan keislaman yang baik mengingat saya kurang mampu memberikan pendidikan Islam yang mumpuni. Kualifikasi kedua adalah sekolah alam atau full day school, supaya aqqil punya rutinitas kegiatan yang tersusun baik di sepanjang harinya, inginnya sih dengan lebih banyak belajar di luar kelas (Hiks! Ini sih sebenernya karena emaknya masih jadi pegawai yang pergi pagi pulang malem, gak bisa banyak nemenin anaknya dirumah). Nah, setiap orangtua akan memiliki kualifikasi yang beda-beda. Teman saya lebih memilih sekolah internasional dengan penggunaan dua bahasa (bilingual) di dalam kelas. Ada juga teman saya yang lebih memilih sekolah dengan metode pengajaran montessori. Sah-sah aja kok. Kita sebagai orang tua kan paling tau apa yang terbaik untuk anak.
2. Dimulai dengan melakukan pendataan kecil-kecilan sekolah apa saja yang ada di sekitar tempat tinggal kita. Misal anaknya mau masuk SD, bikin list semua SD yang ada di sekitar kawasan rumah tanpa kecuali, istilahnya seperti bikin database (big data) sebagai bahan sebelum mengambil keputusan. Informasi ini bisa didapat dari internet, blog atau forum, brosur atau spanduk, plang yang ada di jalan ketika kita pulang dan pergi dari kantor, dll.
3. Setelah kita punya data sekolahnya, kemudian kita harus menyortirnya dengan menentukan kualifikasi apa yang kita inginkan dari sebuah sekolah, let say SD. Kalau saya, menentukan kualifikasi pertama adalah SDIT alias Sekolah Dasar Islam Terpadu, karena saya ingin anak-anak saya akrab dengan ajaran Islam dalam tahap awal belajarnya, memiliki wawasan keislaman yang baik mengingat saya kurang mampu memberikan pendidikan Islam yang mumpuni. Kualifikasi kedua adalah sekolah alam atau full day school, supaya aqqil punya rutinitas kegiatan yang tersusun baik di sepanjang harinya, inginnya sih dengan lebih banyak belajar di luar kelas (Hiks! Ini sih sebenernya karena emaknya masih jadi pegawai yang pergi pagi pulang malem, gak bisa banyak nemenin anaknya dirumah). Nah, setiap orangtua akan memiliki kualifikasi yang beda-beda. Teman saya lebih memilih sekolah internasional dengan penggunaan dua bahasa (bilingual) di dalam kelas. Ada juga teman saya yang lebih memilih sekolah dengan metode pengajaran montessori. Sah-sah aja kok. Kita sebagai orang tua kan paling tau apa yang terbaik untuk anak.
4. Sesuaikan dengan kekuatan keuangan. Terus terang nih ya, untuk saya yang berada di kelompok ekonomi menengah (tapi pengen kualitas sekolah yang keren), biaya masuk sekolah itu mahal-mahal banget!! Untuk masuk SD sekelas Al-Azhar di Cibubur aja, uang masuk tahun 2015 ini udah diatas 30jt-an. Itu pun masih tergolong murah jika dibandingkan dengan sekolah yang menyandang status ib atau international baccalaurate (bener gak ya nulisnya?) yang biaya masuknya bisa sampai 50-70juta.. *duh gusti, nangis bombay.. Maka dari itu, kita harus tetep realistis, cari sekolah bagus tapi yang sesuai dengan kemampuan finansial kita (Benarlah itu ya mengapa kita harus investasi pendidikan anak jauh hari sebelumnya). Apalagi kalau anaknya ada banyak (kaya gue), gak mungkin kan adik-adiknya gak sekolah gara-gara aqqil bayar sekolahnya mahal bangeud :p
5. Masih soal biaya, jangan cuma pikirin biaya masuknya aja ya, tapi juga biaya bulanannya. Untuk tahun 2015 ini kayanya SPP bulanan rata-rata SD sekitar 1,8 menuju 2juta. Tapi tergantung sekolahnya kaya apa ya. Ada juga yang spp nya sampe 3,5juta (*keleyengan). Nah, kita kita juga harus cermat nih, biaya bulanan itu sudah all-in atau belum, apakah sudah termasuk catering, jemputan, field trip, ekskul dan biaya lain-lain. Atau jangan-jangan nanti kita masih harus membayar biaya lain-lain. SPP yang tadinya dirasa murah, bisa jadi bengkak kalo masih harus ditambah ini itu.
6. Udah dapet beberapa sekolah incaran yang dirasa pas di hati dan di kantong? Jangan puas dulu. Perbanyak browsing informasi dan testimoni tentang sekolah-sekolah itu dari berbagai sumber. Jangan males menambah masukan dari orang tua yang pernah menyekolahkan anaknya di sekolah tujuan kita. Siapa tau ada hal-hal penting yang ternyata malah bikin kita gak sreg. Browsing dari internet, tanya teman atau tetangga, ngubek-ngubek forum, it's a must! Supaya kita bisa sampai tahapan haqul yaqqin tentang sekolah yang kita pilih. Mmm.. tapi kita juga mesti pinter-pinter memilah informasi, karena gak semua informasi itu bisa ditelan mentah-mentah oleh kita. Dari sekian informasi yang kita dapat, pasti ada aja penilaian negatif dari orang lain. Tentu saja ekspektasi setiap orang tua terhadap sebuah sekolah itu kan beda-beda. Kalau negatifnya terkait dengan hal remeh-temeh, gak usah terlalu dipikirin. Tapi kalau banyak yang ngomong tentang hal negatif yang sama, ada baiknya difollow up langsung ke sekolahnya. Pilahlah informasi yang penting sesuai kebutuhan kita.
7. Pertimbangkan jarak antara rumah dan sekolah yang dipilih. Kadang, karena ambisi orang tua (duh bahasanya), kita jadi memaksakan anak untuk bersekolah di sekolah pilihan kita walaupun jaraknya terhitung jauh. oba dipikirkan lagi dengan matang. Apa gak kejauhan dan terlalu melelahkan buat si anak? Kalau memang jaraknya jauh dan macet sepertinya akan lebih bijak kalau tidak dipaksakan ya. Apalagi kalau masih TK atau SD. Belum lagi pertimbangan siapa yang akan mengantarkan kalau kita bekerja, atau bagaimana biaya tambahan untuk jemputan yang lumayan mahal kalau jaraknya jauh.
8. Sepertinya sampai tahap ini sudah semakin sedikit kandidat sekolah yang akan kita pilih. Nah, sekarang waktunya cek TKP alias dateng langsung ke sekolahnya. Survey langsung ke sekolah itu suatu keharusan, jangan cuma mengandalkan brosur atau informasi di internet ya. Kita harus dateng liat kondisi sekolahnya seperti apa, kelasnya gimana, kamar mandinya gimana, tanya pola pengajarannya seperti apa, dimana tempat bermainnya, dimana tempat main bolanya,dll
9. Ikuti open-day yang biasanya dilakukan oleh sekolah tersebut pada saat awal-awal pendaftaran. Saat open day itu biasanya kita bisa melihat semua fasilitas yang ada di sekolah. Selain itu, kita juga bisa melihat bagaimana suasana siswa-siswa yang sekolah di sana. Sebagai emak-emak, kita biasanya bisa dapet feeling anak kita bakal betah gak di sekolah itu dengan cara melihat kegembiraan yang dipancarkan raut muka siswa disana, atau hal apa dari sekolah itu yang bisa membuat anak kita tertarik saat pertama kali datang. Biasanya kalau pertama dateng aja anak kita udah gak tertarik, selanjutnya malah ogah-ogahan disuruh sekolah.
10. Kalau udah dapet sekolah yang dipilih. Buruan daftar sejak pendaftaran tahap pertama dibuka, jangan dientar-entar! Selain karena takut kehabisan tempat, biasanya beberapa sekolah memberikan diskon khusus dengan jumlah yang lumayan untuk pendaftar pada tahap pertama ini. Duh, jaman sekarang ini, nggak beli properti, nggak daftarin anak sekolah, emang mesti cepet-cepet ya.. Karena besok harga naik! hahaha..
So, Selamat hunting sekolah ibu-ibuuuu!! semangaaaaatt!
Kalau anak belum bisa baca terus masuk sekolah mensyaratkan bisa baca tulis bagaimana yah
ReplyDelete