Salah satu yang
patut diacungi jempol dari Kota Bandung adalah kreativitas anak mudanya. Banyak
ide baru yang kemudian menjadi trendsetter
dan sukses menarik minat banyak orang. Salah satunya ditunjukkan oleh seorang
mojang bernama Dian Malinda. Bersama rekan-rekannya, ia telah berhasil membesut
kesuksesan lewat menu olahan bakso yang bernama Bakso Boedjangan. Nama kedai
baksonya yang unik mungkin menjadi faktor mewabahnya cabang kedai bakso ini di seluruh
penjuru Kota Bandung, serta cabang-cabang lainnya di luar kota seperti Kelapa
Gading Jakarta dan Garut.
Kalau boleh
dibilang, menu bakso sebenarnya adalah menu umum kuliner di Kota Bandung.
Banyak sekali warung bakso yang sudah lebih dulu terkenal enak dan menggoyang
lidah. Namun demikian, usaha Dian Malinda untuk mem-branding 'Bakso Boedjangan' disertai promosi giat di media sosial, cukup
berhasil mencuri perhatian para warga Bandung. Pada Januari tahun lalu, saat
pertama kali warung Bakso Boedjangan dibuka di Jalan Dipati Ukur, 1.000 mangkuk
bakso laris manis tak bersisa hanya dalam waktu lima jam. Promosi media sosial
lagi-lagi telah menyulap tempat ini menjadi tongkrongan favorit anak muda
Bandung dan tentu saja wisatawan dari luar kota.
Menu yang
ditawarkan oleh Bakso Boedjangan ini sangat beragam. Untuk yang merasa tidak
kenyang dengan makan semangkuk bakso, jangan kuatir! Selain mie dan bihun
sebagai pasangan bakso, Bakso Boedjangan juga menyediakan menu nasi bakso
dengan pilihan bumbu blackpepper dan saus teriyaki. Kombinasi nasi dan bakso
ini cukup bikin penasaran para pengunjung. Jika masih kurang kenyang juga, ada
juga pilihan tambahan topping seperti bakso goreng, ceker, tetelan dan pangsit
rebus. Lucunya, khusus pengunjung yang lagi 'bokek', tersedia menu murah meriah
bernama bakso kosongan. Isinya lima butir bakso ditambah mie bihun dan sayur
dengan harga cukup dua belas ribu rupiah saja.
Setelah
menyantap hangat dan nikmatnya bakso, para pengunjung wajib mencoba menu andalan lainnya yaitu es
durian kesepian. Namun tak sepi seperti namanya, es durian ini terdiri dari
tiga scoop durian asli tanpa biji
yang ditambah dengan saus vanila. Rasa durian yang manis dan lembut dengan
sensasi dingin, enak sekali dirasa lidah setelah menjajal rasa gurih dan pedas
kuah bakso.
Hal lain yang
menarik dari restoran ini adalah desain interiornya. Saat saya mengamati
sekitar, sangat terlihat bahwa pemiliknya ingin menampilkan kesan jadul kepada
para pengunjung. Berbagai macam pajangan dekorasi tempo dulu dipajang di tembok
kanan dan kiri. Ada radio antik, ada cerek dan gelas kaleng, kaleng kerupuk
mini, foto-foto klasik tempo dulu dan masih banyak lainnya. Mungkin konsep
jadul memang sengaja digunakan, sehingga kata Boedjangan pun sengaja menggunakan
ejaan lama. Yang tak kalah menarik, terdapat gambar yang ditempel di tembok
paling ujung di sudut kiri. Pada tembok itu tertulis doa para boedjangan, yang
bunyinya cukup 'memaksa' supaya Tuhan mengirimkan jodoh untuknya. Beberapa mata
yang mengarahkan pandangan ke tembok itu pun ikut-ikutan membaca. Bagi yang
sudah tidak jomblo, mungkin ia hanya akan tersenyum saat membacanya. Namun bagi
yang jomblo, boleh jadi ia akan berteriak aamiin sekencang-kencangnya dalam
hati. Ya, siapa tau, setelah kenyang makan Bakso Boedjangan dan mengaminkan doa
itu, ia kemudian dipertemukan langsung
dengan jodohnya. Happy tummy, happy life!
No comments:
Post a Comment