Monday, November 7, 2016

Bakso Boedjangan : Boekan Coema Boeat Jang Jomblo!

Salah satu yang patut diacungi jempol dari Kota Bandung adalah kreativitas anak mudanya. Banyak ide baru yang kemudian menjadi trendsetter dan sukses menarik minat banyak orang. Salah satunya ditunjukkan oleh seorang mojang bernama Dian Malinda. Bersama rekan-rekannya, ia telah berhasil membesut kesuksesan lewat menu olahan bakso yang bernama Bakso Boedjangan. Nama kedai baksonya yang unik mungkin menjadi faktor mewabahnya cabang kedai bakso ini di seluruh penjuru Kota Bandung, serta cabang-cabang lainnya di luar kota seperti Kelapa Gading Jakarta dan Garut.

Kalau boleh dibilang, menu bakso sebenarnya adalah menu umum kuliner di Kota Bandung. Banyak sekali warung bakso yang sudah lebih dulu terkenal enak dan menggoyang lidah. Namun demikian, usaha Dian Malinda untuk mem-branding 'Bakso Boedjangan' disertai promosi giat di media sosial, cukup berhasil mencuri perhatian para warga Bandung. Pada Januari tahun lalu, saat pertama kali warung Bakso Boedjangan dibuka di Jalan Dipati Ukur, 1.000 mangkuk bakso laris manis tak bersisa hanya dalam waktu lima jam. Promosi media sosial lagi-lagi telah menyulap tempat ini menjadi tongkrongan favorit anak muda Bandung dan tentu saja wisatawan dari luar kota.


Menu favorit dari kedai bakso ini adalah bakso supernya, yang terdiri dari beberapa varian seperti Bakso Super Keju, Bakso Super Pedas dan Bakso Super Urat. Jika memesan Bakso Super Pedas, kita harus bersiap merasakan ranjau rawit yang akan mengejutkan lidah. Sementara pesanan favorit lainnya adalah Bakso Super Keju, yang di dalamnya terdapat keju yang langsung melelah ketika sampai di lidah. Hmm..  Dijamin, lelehannya terasa sampai ke hati. Harga satu mangkuk bakso super itu hanya sekitar dua puluh ribuan saja.

Menu yang ditawarkan oleh Bakso Boedjangan ini sangat beragam. Untuk yang merasa tidak kenyang dengan makan semangkuk bakso, jangan kuatir! Selain mie dan bihun sebagai pasangan bakso, Bakso Boedjangan juga menyediakan menu nasi bakso dengan pilihan bumbu blackpepper dan saus teriyaki. Kombinasi nasi dan bakso ini cukup bikin penasaran para pengunjung. Jika masih kurang kenyang juga, ada juga pilihan tambahan topping seperti bakso goreng, ceker, tetelan dan pangsit rebus. Lucunya, khusus pengunjung yang lagi 'bokek', tersedia menu murah meriah bernama bakso kosongan. Isinya lima butir bakso ditambah mie bihun dan sayur dengan harga cukup dua belas ribu rupiah saja.
Setelah menyantap hangat dan nikmatnya bakso, para pengunjung  wajib mencoba menu andalan lainnya yaitu es durian kesepian. Namun tak sepi seperti namanya, es durian ini terdiri dari tiga scoop durian asli tanpa biji yang ditambah dengan saus vanila. Rasa durian yang manis dan lembut dengan sensasi dingin, enak sekali dirasa lidah setelah menjajal rasa gurih dan pedas kuah bakso.  


Hal lain yang menarik dari restoran ini adalah desain interiornya. Saat saya mengamati sekitar, sangat terlihat bahwa pemiliknya ingin menampilkan kesan jadul kepada para pengunjung. Berbagai macam pajangan dekorasi tempo dulu dipajang di tembok kanan dan kiri. Ada radio antik, ada cerek dan gelas kaleng, kaleng kerupuk mini, foto-foto klasik tempo dulu dan masih banyak lainnya. Mungkin konsep jadul memang sengaja digunakan, sehingga kata Boedjangan pun sengaja menggunakan ejaan lama. Yang tak kalah menarik, terdapat gambar yang ditempel di tembok paling ujung di sudut kiri. Pada tembok itu tertulis doa para boedjangan, yang bunyinya cukup 'memaksa' supaya Tuhan mengirimkan jodoh untuknya. Beberapa mata yang mengarahkan pandangan ke tembok itu pun ikut-ikutan membaca. Bagi yang sudah tidak jomblo, mungkin ia hanya akan tersenyum saat membacanya. Namun bagi yang jomblo, boleh jadi ia akan berteriak aamiin sekencang-kencangnya dalam hati. Ya, siapa tau, setelah kenyang makan Bakso Boedjangan dan mengaminkan doa itu, ia kemudian  dipertemukan langsung dengan jodohnya. Happy tummy, happy life!

No comments:

Post a Comment