Wednesday, May 11, 2011

Nggak Perlu Murus untuk Jadi Kurus

Perempuan mana sih yang nggak mau punya tubuh langsing, semampai, dengan lekuk tubuh yang indah?
Perempuan mana juga yang mau dikatain gendut, tembem, gede, bongsor, atau istilah-istilah tak berperikemanusiaan lainnya?

Itulah kenapa sampai saat ini berat badan selalu jadi problem utama perempuan. Kenapa semakin banyak perempuan yang berdiet, sehingga obat pelangsing selalu jadi produk paling laris manis di pasaran.

Jadi, siapa perempuan yang ngotot pengen kurus itu?
Salah satunya adalah saya sendiri. Saya nggak malu mengakuinya.
Bagaimanapun, bisa tampil prima dan tidak memiliki image 'gendut' di mata orang, terutama suami adalah sebuah kebanggaan buat saya.

Waktu remaja, saya adalah orang yang tidak mempedulikan bentuk tubuh saya. Alhasil, terciptalah bentuk tubuh yang lebih besar dari seharusnya. Melar seperti baju yang direndam minyak tanah. (Haha, nggak segitunya sih..)

Sekarang, tentu saja saya harus lebih peduli. Pertama, demi kesehatan saya. Bagaimanapun, punya tubuh gemuk itu rentan dengan penyakit. Kedua, tentu saja penampilan. Menurut riwayat, salah satu ciri istri sholehah adalah mampu menjadi penyejuk mata dan hati suami. Lha, kalo banyak gelambir di kanan kiri, gimana mata suami mau sejuk?

Kini saya sangat bersyukur. Diantara sekian banyak orang yang menjadi lebih gemuk setelah melahirkan. Saya malah sebaliknya. Menjadi lebih kurus, bahkan dari sebelum saya hamil. :)
Bagaimana caranya?

Berbagai upaya bisa kita tempuh untuk mewujudkannya, salah satunya adalah diet. Tidak mudah memang, tapi dimana ada usaha disitu pasti ada jalan. Salah satu cara yang saya tempuh adalah dengan mengubah pola makan saya, dan melakukan substitusi makanan.

Menu sarapan saya yang biasanya diisi oleh satu set nasi putih, lauk pauk, sayur dan kerupuk, kini saya ganti dengan semangkuk oatmeal (Quacker oat) yang dilarutkan dalam freshmilk cokelat. Sementara untuk makan siang, saya masih bisa menyantap satu set nasi putih, dengan lauk pauk dan sayuran. Namun, dengan syarat mengurangi porsi nasi putih menjadi setengahnya. 

Bagaimana dengan makan malam? 
Nah, idealnya kita sudah harus berhenti mengunyah pada pukul 18.00. Untuk pengganti makan malam, boleh dicoba dengan buah-buahan atau susu. Tapi, sejujurnya saya juga masih sering melanggar larangan makan malam ini. Seringkali saya tak kuat menahan godaan nasi goreng, ketoprak atau sate ayam yang disantap oleh suami saya. 

Cara diet yang saya jalankan memang tidak serta merta menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan. Tapi, selama beberapa bulan ini, saya sudah bisa menghilangkan 4 kg.

Mau yang lebih cepat? Teman saya Eris Praghina, tau jawabannya. Tapi, tentu saja, hasil yang cepat membutuhkan usaha yang ekstra keras juga.

Sebagai gambaran, teman saya itu selama tiga hari hanya makan buah, yang dinamakan detoks. Hari-hari berikutnya, ia hanya makan pisang atau dua lembar roti di pagi hari, makan siang dengan nasi putih tak lebih dari tiga sendok makan dan lauk, tanpa makan malam. Diantaranya ia hanya diperbolehkan ngemil buah-buahan. Itu pun hanya pada jam-jam tertentu. Selain itu, diet tersebut harus dilakukan di bawah bimbingan shinse, dengan anjuran konsultasi dan terapi akupuntur sekali seminggu. 

Mmm, kalau saya masih belum sanggup deh kayaknya. Tapi, teman saya itu sekarang sudah jauh lebih langsing. Ia telah berhasil turun 8 kilo dalam waktu kurang dari 2 bulan. 

Mau pilih cara cepat atau cara santai, itu semua terserah kita. Yang paling penting adalah konsistensi, dan jangan lupa imbangi dengan olahraga. Saran dokter ahli, sebaiknya hindari diet dengan memakai obat pelangsing. Selain akibatnya bisa fatal untuk kesehatan, obat itu juga dapat menyebabkan ketergantungan. 

Ingat, diet yang benar adalah dengan menjaga pola makan. Jadi, selamat diet sehat ya!
 

Monday, May 2, 2011

Indahnya Berbagi, Karena Kita Berarti

Beberapa minggu terakhir ini, hatiku gelisah, pikiranku ricuh berandai-andai. Setiap bangun pagi, malas langsung menyergap karena harus berangkat ke kantor. Mood kerjaku menurun drastis. Hanya ragaku yang setiap hari terpaksa menjalani rutinitas pekerjaanku, tapi jiwaku tidak. 

Aku semakin gundah. Sampai kapan aku harus menjalani rutinitas ini?
Entah mengapa, setelah cuti selama seminggu, tidak mampu mendongkrak semangat kerjaku, malah membuatku tak ingin kembali ke kantor. 

Dirumah, aku bisa bangun lebih pagi, tanpa rasa malas, excited karena akan memasak menu-menu baru. Sisa waktu lainnya kuhabiskan untuk bermain dan menemani aktivitas aqqil. Yap, tanpa target kerja, tugas yang menumpuk, dan rasa bersalah karena harus meninggalkan aqqil. Kurasa tak ada yang lebih kuinginkan dari hal ini. 

Saat aku mulai mendamba kehidupanku dirumah. Hatiku dirundung galau. Apakah aku harus keluar dari pekerjaanku saat ini?

Pertanyaan itu pernah juga kulontarkan kepada suamiku. Betapa aku sudah sangat tidak betah berada di kantor. Betapa aku ingin menghabiskan waktu dirumah bersama anak kesayanganku. Betapa aku selama ini tersiksa karena tak mampu mengurus anakku dengan tanganku sendiri. "Aqqil itu anak Ayah ya, bukan anak Bunda," "Bunda nya wanita karir sih," Ucapan itu tak ayal membuat telingaku panas.

Suamiku tak melarang, pun tak menyuruh. Ia mengajakku untuk berpikir jernih. Kalau itu memang yang terbaik menurutku, ia akan mendukung.

Kembali, aku larut dalam kebimbangan. Pertanyaan yang sama berputar-putar di kepala. Haruskah aku resign? ah, tapi aku masih belum berani melakukannya. 

Beberapa hari yang lalu, aku tersadar. Aku tertunduk malu pada kebesaran suatu Zat, dimana angin takkan mampu bertiup, jika tanpa kehendak-Nya. Bagaimana mungkin aku tak mampu mensyukuri nikmat-Nya untukku? Nikmat yang diberikannya khusus untuk diriku, bukan orang lain. 
Nikmat kesehatan sebagai istri, ibu sekaligus pelayan bangsa. 
Nikmat ibadah dalam tanggung jawab ilmu yang bermanfaat. 
Nikmat rezeki yang tak henti mengalir. 
Nikmat berbagi aliran rezeki itu dengan saudara dan kawan.
Nikmat kemurahan hati pada anak-anak yatim dan papa. 
Nikmat dalam senyum orang-orang yang kita kasihi.
Dalam gelora nikmat dariNya, mengapa aku hanya meratap egoisme ku sendiri?

Astagfirullahal'adzim.
Duhai Tuhan, ku membantah pertanda-Mu lagi. 

فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
"Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?"

Ya Allah, Maha Pemilik Segala Hati. Ampunilah kesombongan kami. Kaki dan tangan ini hanyalah milik-Mu. Bahkan degup jantung ini pun karena cinta-Mu. Cinta pada sesama mahluk-Mu.

”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling diicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah swt?” Rasulullah saw menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan."