Monday, November 7, 2016

Satu Hari Seru di Dusun Bambu

           Bandung masih menjadi surga wisata bagi para pemburu hiburan terutama di akhir pekan. Udara sejuk dan nikmat kulinernya, serta ragam tempat menarik membuatnya menjadi salah satu tujuan rekreasi. Bagi yang ingin bersantai dengan keluarga, Dusun Bambu yang terletak di kawasan Lembang ini boleh jadi memberikan pengalaman seru yang berbeda. Tempat ini menyatukan konsep wisata alam, pelestarian budaya sunda dan kebersamaan keluarga.

                        
         Sejak memasuki gerbang pertama, ornamen dekorasi berskala besar yang terbuat dari bambu menarik perhatian. Sesuai namanya, Dusun Bambu Family Leisure Park memang merupakan kawasan ekowisata yang menjadi tempat konservasi bambu. Sebelumnya, kawasan di bawah kaki Gunung Burangrang ini merupakan lahan yang rusak dan terabaikan. Pemiliknya memerlukan waktu tiga tahun untuk mengembalikan keasriannya dengan penanaman 100.000 pohon.

         Sentuhan konsep arsitektur yang unik di lahan seluas limabelas hektar ini sangat memanjakan mata. Persis di bawah jembatan, pengunjung bisa melihat kawasan bermain anak dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan. Terbagi menjadi dua area, yaitu rabbit hole dan bamboo playground. Area rabbit hole diisi oleh labirin rumput sintetis dan kandang kelinci dengan bentuk yang unik. Sementara area bamboo playground diisi oleh berbagai mainan yang membuat anak-anak bisa melompat, memanjat, dan bermain tanpa bosan.



                
             


          Sambil menunggu, orang dewasa dapat menikmati santapan di foodcourt atau restoran tepi danau. Jika dianggap terlalu mainstream, maka pengunjung bisa memilih tempat makan unik yang dinamakan Lutung Kasarung. Berbentuk bola dengan jendela kaca yang tampak menggantung di atas pohon. Sekilas, mirip seperti sarang burung raksasa karena dikelilingi oleh ranting pohon yang lebat.


                Tak hanya itu, pengenalan budaya sunda juga dihadirkan melalui berbagai kreasi dari bambu yang dijual di pasar khatulistiwa -di tengah area foodcourt. Mulai dari mainan anak-anak, wayang, angklung, boneka, hingga pajangan unik. Berbagai makanan khas Provinsi Jawa Barat juga tersedia di pasar ini, siap dibawa pulang sebagai oleh-oleh.



                Usai kelelahan bermain dan menyantap makanan lezat, pengunjung dapat berjalan sedikit ke atas untuk bermain air di sungai kecil yang disebut Tegal Pangulinan. Anak-anak yang tadinya kelelahan pasti akan kembali bersemangat. 


         Jika pengunjung ingin bermalam, Dusun Bambu juga menyiapkan area penginapan yang berbentuk villa tradisional (Kampung Layung) atau penginapan berkonsep kemah di alam terbuka (Sayang Heulang). Menarik sekali untuk dicoba!

Bakso Boedjangan : Boekan Coema Boeat Jang Jomblo!

Salah satu yang patut diacungi jempol dari Kota Bandung adalah kreativitas anak mudanya. Banyak ide baru yang kemudian menjadi trendsetter dan sukses menarik minat banyak orang. Salah satunya ditunjukkan oleh seorang mojang bernama Dian Malinda. Bersama rekan-rekannya, ia telah berhasil membesut kesuksesan lewat menu olahan bakso yang bernama Bakso Boedjangan. Nama kedai baksonya yang unik mungkin menjadi faktor mewabahnya cabang kedai bakso ini di seluruh penjuru Kota Bandung, serta cabang-cabang lainnya di luar kota seperti Kelapa Gading Jakarta dan Garut.

Kalau boleh dibilang, menu bakso sebenarnya adalah menu umum kuliner di Kota Bandung. Banyak sekali warung bakso yang sudah lebih dulu terkenal enak dan menggoyang lidah. Namun demikian, usaha Dian Malinda untuk mem-branding 'Bakso Boedjangan' disertai promosi giat di media sosial, cukup berhasil mencuri perhatian para warga Bandung. Pada Januari tahun lalu, saat pertama kali warung Bakso Boedjangan dibuka di Jalan Dipati Ukur, 1.000 mangkuk bakso laris manis tak bersisa hanya dalam waktu lima jam. Promosi media sosial lagi-lagi telah menyulap tempat ini menjadi tongkrongan favorit anak muda Bandung dan tentu saja wisatawan dari luar kota.


Menu favorit dari kedai bakso ini adalah bakso supernya, yang terdiri dari beberapa varian seperti Bakso Super Keju, Bakso Super Pedas dan Bakso Super Urat. Jika memesan Bakso Super Pedas, kita harus bersiap merasakan ranjau rawit yang akan mengejutkan lidah. Sementara pesanan favorit lainnya adalah Bakso Super Keju, yang di dalamnya terdapat keju yang langsung melelah ketika sampai di lidah. Hmm..  Dijamin, lelehannya terasa sampai ke hati. Harga satu mangkuk bakso super itu hanya sekitar dua puluh ribuan saja.

Menu yang ditawarkan oleh Bakso Boedjangan ini sangat beragam. Untuk yang merasa tidak kenyang dengan makan semangkuk bakso, jangan kuatir! Selain mie dan bihun sebagai pasangan bakso, Bakso Boedjangan juga menyediakan menu nasi bakso dengan pilihan bumbu blackpepper dan saus teriyaki. Kombinasi nasi dan bakso ini cukup bikin penasaran para pengunjung. Jika masih kurang kenyang juga, ada juga pilihan tambahan topping seperti bakso goreng, ceker, tetelan dan pangsit rebus. Lucunya, khusus pengunjung yang lagi 'bokek', tersedia menu murah meriah bernama bakso kosongan. Isinya lima butir bakso ditambah mie bihun dan sayur dengan harga cukup dua belas ribu rupiah saja.
Setelah menyantap hangat dan nikmatnya bakso, para pengunjung  wajib mencoba menu andalan lainnya yaitu es durian kesepian. Namun tak sepi seperti namanya, es durian ini terdiri dari tiga scoop durian asli tanpa biji yang ditambah dengan saus vanila. Rasa durian yang manis dan lembut dengan sensasi dingin, enak sekali dirasa lidah setelah menjajal rasa gurih dan pedas kuah bakso.  


Hal lain yang menarik dari restoran ini adalah desain interiornya. Saat saya mengamati sekitar, sangat terlihat bahwa pemiliknya ingin menampilkan kesan jadul kepada para pengunjung. Berbagai macam pajangan dekorasi tempo dulu dipajang di tembok kanan dan kiri. Ada radio antik, ada cerek dan gelas kaleng, kaleng kerupuk mini, foto-foto klasik tempo dulu dan masih banyak lainnya. Mungkin konsep jadul memang sengaja digunakan, sehingga kata Boedjangan pun sengaja menggunakan ejaan lama. Yang tak kalah menarik, terdapat gambar yang ditempel di tembok paling ujung di sudut kiri. Pada tembok itu tertulis doa para boedjangan, yang bunyinya cukup 'memaksa' supaya Tuhan mengirimkan jodoh untuknya. Beberapa mata yang mengarahkan pandangan ke tembok itu pun ikut-ikutan membaca. Bagi yang sudah tidak jomblo, mungkin ia hanya akan tersenyum saat membacanya. Namun bagi yang jomblo, boleh jadi ia akan berteriak aamiin sekencang-kencangnya dalam hati. Ya, siapa tau, setelah kenyang makan Bakso Boedjangan dan mengaminkan doa itu, ia kemudian  dipertemukan langsung dengan jodohnya. Happy tummy, happy life!

Thursday, January 28, 2016

Cerita di Meja Makan

Makan, pada saat ini, bukan hanya persoalan mengubah lapar jadi kenyang. Silaturahmi keluarga, kumpul teman sekolah, negosiasi bisnis, hingga pertemuan pejabat negara selalu difasilitasi dengan jamuan makan. Makan bersama ibarat strategi menghangatkan suasana, sehingga siapapun yang terlibat menjadi lebih santai dan terbuka untuk saling bertukar cerita dan pemahaman.

Saat saya kecil, ada juga kebiasaan makan bersama yang tak bisa saya lupakan. Setiap malam setelah makan, kami sekeluarga terbiasa duduk lebih lama di depan meja makan. Sambil menunggu makanan turun dari kerongkongan, atau sambil menunggu Ibu mengupas buah, kami bercerita tentang banyak hal. Kebersamaan yang sekilas sederhana, namun -baru saya sadari- menjadi strategi Bapak untuk mendidik anak-anaknya.

Bapak sering bercerita tentang masa kecilnya yang sulit, atau tentang usaha gigihnya menyelesaikan kuliah sambil berdagang minuman dingin. Terkadang, Bapak hanya melempar cerita santai dan jenaka. Lain waktu, Bapak juga mengeksplorasi minat kami atau cara mencapai cita-cita. Sesekali kami juga terlibat dalam kontemplasi, perdebatan akan nilai baik dan buruk dalam cerita. Dan ajaibnya, banyak dari cerita tersebut yang masih saya ingat hingga saat ini.

Cerita memang bisa dimaknai banyak hal. Cerita bisa menjadi tuturan yang membentangkan banyak nilai dan pelajaran. Nilai dalam sebuah cerita akan menetap dalam sistem kecerdasan-khususnya anak, yang berguna dalam proses pengambilan keputusan selanjutnya. Bahkan, penelitian membuktikan bahwa anak yang sering dididik melalui cerita memiliki perbendaharaan kata yang lebih kaya (Whitehurst et al, 1998), kemampuan narasi dan ingatan yang lebih baik (Reese & Newcombe, 2007) dan kecerdasan emosi yang lebih mendalam (Van Bergen et al, 2009).

Sebagai orang tua, kini saya berkaca pada diri sendiri. Rasanya jarang saya melakukan momen sederhana namun sarat makna seperti yang Bapak saya hadirkan dulu. Seringkali sulit untuk makan bersama karena pekerjaan kantor yang membuat pulang larut, atau karena agenda makan malam sudah dihapus dari jadwal rutin. Terkadang juga sulit untuk terlibat dalam cerita bersama, karena tempat makan kini telah bergeser ke depan televisi, atau bunyi notifikasi grup whatsapp yang lebih menyita perhatian pada saat makan.


Mengutip iklan sebuah produk teh, tampaknya momen kebersamaan keluarga tak boleh lagi dilewatkan. Bersama, tidak hanya hadir secara fisik, tapi juga secara jiwa. Bukan mewah tidaknya makanan, tapi hangat atau tidaknya percakapan. Entah melalui secangkir teh atau makan malam, cerita di antara anggota keluarga harus terus mengalir, mendekatkan dan mengajarkan.  

**Kolom renungan Media Keuangan Edisi Januari 2016.

Kehamilan Keduaku : Gigih, Beruntung dan Cantik!

Anak perempuanku ini kuberi nama Almahyra Rumaisha Putri, yang artinya Putri yang pandai dan beruntung serta membawa kedamaian. Panggilannya Aisha, yang artinya hidup, penerang, adopsi dari nama istri nabi Rasulullah, siti Aisyah Ra. Suamiku agak protes dengan nama yang kuambil ini, karena harusnya nama anak perempuan kita diawali oleh huruf M, seperti nama ayahnya. (Maaf ya sayang, hehe)

Aisha lahir Mei tahun 2012 lalu, sekarang usianya sudah hampir 3 tahun. Karena kesibukan bundanya yang luar biasa, jadi baru sekarang lah saat yang sempat dan tepat untuk menulis cerita saat ia masih di dalam kandungan.

Seperti kehamilan sebelumnya, aku baru tahu bahwa ada janin dalam perutku waktu ia berusia 7 minggu. Aku memang terlalu cuek untuk urusan siklus menstruasi yang sering tak teratur. Suatu pagi aku mual luar biasa dan memuntahkan cairan kuning dari lambungku. Tak perlu pikir dua kali, aku tahu bahwa aku pasti hamil. Gejala itu juga yg kurasakan waktu hamil aqqil dulu.

Suamiku bahagia mendengar kabar kehamilanku. Walaupun sedikit lebih cepat dari rencana, tapi ia sudah antusias karena ingin memiliki anak perempuan. (Ini ayah emang paling ge-er, padahal waktu itu blm ketauan juga jenis kelamin bayinya apa). Syukur alhamdulillah, aku masih diberi kesempatan jadi bumil perkasa pada kehamilan keduaku ini. Tanpa mual muntah yang berlebihan, aku santai sekali dan menikmati kehamilanku.

Memasuki bulan keempat, aku dan suamiku tak sabar ingin melihat jenis kelamin anak dalam perutku. Tapi, bayiku rupanya senang becanda. Saat di USG, dia malah tidur membelakangi kami dan tak mau bergerak bahkan ketika sang dokter mencoba mengubah posisinya. Okelah, tak apa, kami bersabar dulu sampai bulan depan, pikirku. Yang penting bayi kami sehat. Detak jantung dan organ2 mulai berkembang dengan normal. Alhamdulillah.

Saat sedang hamil 5 bulan, aku pun sedang mencoba peruntungan untuk mengikuti seleksi beasiswa. Hampir setiap hari aku belajar matematika dan hal-hal lainnya demi bisa lulus tes potensi akademik. Bahkan, aku sampai niat mengikuti semacam les untuk mengasah kemampuan tpa ku di bilangan lebak bulus. Bayiku tak pernah protes, ia tampaknya ikut tertantang dengan berbagai rumus yang dipelajari bundanya. Hasilnya, ketika mengikuti tes oto-bappenas, nilai tpa ku mencapai angka 701! Waw, sangat tinggi karena rentang angkanya adalah 200-800.

Alhamdulillah berkat kegigihan aku dan bayiku, serta dorongan semangat suamiku, aku berhasil mendapatkan beasiswa S2 dari JICA. Karena yang kupilih adalah beasiswa dalam negeri, aku pun memilih jurusan ilmu komunikasi universitas indonesia, supaya tidak harus berjauhan dengan suami dan anakku. Waktu itu tes gelombang 1 sudah lama digelar, aku hanya memiliki kesempatan terakhir pada tes gelombang 2. Aku hampir putus asa ketika mengetahui bahwa jatah kursi kosong untuk jurusan komunikasi pada gelombang kedua itu hanya ada dua kursi! Untunglah, lagi-lagi aku berhasil mendapatkannya. Sepertinya, bayiku ini membuatku lebih pintar dan beruntung, hehe. Semoga kamu juga tumbuh menjadi anak yang cerdas dan beruntung ya nak!

Terlepas dari nasib baik tentang beasiswa itu, aku masih belum bernasib baik untuk mengetahui jenis kelamin bayiku. Hingga usia tujuh bulan, setiap kali kami USG, ada saja ulah yang bayi kami lakukan untuk menutupi informasi yang sangat kami ingin ketahui. Hahaha. Bayiku ini senang sekali ngerjain ayah bundanya. Tapi, entah kenapa, aku sangat yakin bahwa janin yang aku kandung ini perempuan. Kenapa? Karena penampilanku jauh berbeda dengan kehamilan anak laki-lakiku dulu. Aku tampak lebih cantik, tidak berjerawat, tidak muncul bintik hitam, tidak bengkak-bengkak, dan aku tidak terlalu rakus. Bismillah, semoga firasatku itu benar, begitulah aku sering berdoa dalam hati. Suamiku juga sering ikut-ikutan menganalisa perbedaan kehamilanku yang pertama dan kedua ini, dan kesimpulan yang ia ambil sama denganku.

Akhirnya, pada bulan ketujuh, aku bisa sedikit mengintip. Kata dokter, tidak ada menaranya. Aku dan suamiku pun tersenyum lebar. Bahagia akan memiliki gadis kecil yang melengkapi kebahagiaan keluarga kecil kami. Terus terang, karena tidak mengalami masalah saat kehamilan. Boleh dibilang aku masuh sangat aktif menjalani hari-hariku di kantor. Aku bahkan masing sering diminta menjadi MC walaupun badanku saat itu sudah terlihat gendut seperi badut, haha. Aku juga masih bepergian ke luar negeri saat mengandung aisha 6 bulan, jalan-jalan bersama suami dan mertuaku ke Macau dan Hongkong.

Tanpa terasa, usia kehamilanku menuju 9 bulan. Beberapa minggu sebelum duedate, aku sudah pulang ke rumah ibuku di bandung. Aku masih ingin melahirkan di sana. Lebih nyaman rasanya. Memang nampaknya aku memang hamil kebo, sampai usia 40 belum ada tanda-tanda mules sama sekali. Waktu itu aku sempat memeriksakan diriku ke RS Al Islam. Dokter menyuruhku untuk tes detak jantung bayi karena menurutnya denyut bayiku lemah sekali. Aku juga dimarahi karena susah makan, yang menyebabkan bayiku pada saat itu hanya mencapai 2,1kg. Jika demikian, bayi yang aku lahirkan bisa prematur! Aku sedih sekali. Untunglah hasil denyut jantungnya masih cukup baik. Aku disuruh pulang dan kembali minggu depan, jika belum ada mules terpaksa induksi atau sectio. Aku sangat tidak menginginkan keduanya. Aku pun kemudian makan berbagai macam es krim, kue dan cokelat untuk mengejar berat badan bayiku.

Akhirnya aku kembali ke klinik bersalin Harapan Bunda tempat aku cek sebelumnya. Aku mengubah rencanaku untuk tetap melahirkan di klinik bersalin ini. Selain karena aku sudah cocok dengan dokternya, aku juga sudah familiar dengan prosedur melahirkan di sana. Aku dan anak pertamaku masih terus menunggu waktu kelahiran anak keduaku, sementara suamiku harus kembali ke jakarta karena banyak pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan.

Tibalah saatnya aku merasa mules. Sejak semalam, mules-mules kecil sudah mulai terasa. Tapi aku tak banyak bicara dulu pada mamaku, takut-takut itu hanya kontraksi palsu. Ternyata, paginya mules-mules itu sudah hilang. Palsu! Sudah 41 minggu, ini waktunya aku kontrol lagi dengan dokterku di klinik bersalin harapan bunda. Aku sudah hampir putus asa. 

Waktu itu jam11, aku di antar ibuku dan anak pertamaku. Dokter yang memeriksaku menanyakan apakah tidak ada mules sama sekali? Aku bilang, tadi malam ada mules tapi pagi hilang. Menurutnya, bisa saja itu sudah masuk pembukaan satu atau dua. Kemudian ia memutuskan untuk memeriksa pembukaan jalan lahir. Ternyata, menurut dokter itu, aku sudah pembukaan tiga. Anehnya, aku tidak merasakan mules sama sekali. Mungkin ada sih, tapi sangat ringan sekali. Menurut dokter, jika dibantu dibuka sedikit, ini akan langsung masuk pembukaan empat. Dan benar saja, menurutnya aku sudah masuk pembukaan empat, dan harus langsung masuk ruang bersalin.

Tapi aku merasa aku masih baik-baik saja. Jadi kuputuskan untuk kembali dulu ke rumah, membawa barang-barang dan akan kembali lagi ke rumah sakit secepatnya. Dokter pun mewanti-wanti agar tidak terlalu lama. Aku kemudian pulang, saat itu aku menakar tingkat kemulesanku. Dan menurutku masih ringan. Aku menelepon suamiku dan memberitahukan kalau aku sudah pembukaan empat, mungkin sore ini akan melahirkan. Ia pun berjanji akan langsung berangkat ke bandung saat itu juga. Kemudian aku menyuapi aqqil makan siang. Aku pun menyiapkan tas yang akan ku bawa ke rumah sakit. Kemudian aku juga masih sempat sholat dzuhur. Sebelum berangkat ke rumah sakit, aku juga masih sempat ngelonin aqqil bobo siang. Jam 13.30, aku memutuskan untuk kembali ke rumah sakit, aku melihat ada sedikit flek di pakaian dalamku, dan tingkat mulesnya sudah mulai terasa, walaupun menurutku tetap belum terlalu sakit.

Aku kemudian diajak suster untuk masuk ruangan bersalin. Ketika suster memeriksaku, aku sudah memasuki pembukaan enam. Suster itu meyuruhku tiduran saja. Gak boleh jalan-jalan ya sus? Jangan ya, nanti takut pecah ketuban. Kemudian aku menuruti saran mereka, tiduran sambil bermain handphone, menanyakan suamiku sudah sampai mana, mengabarkan kalau aku sudah bukaan enam. Suamiku masih di jalan kala itu, aku masih sempat berhitung apakah ia bisa sampai sebelum aku melahirkan, rasanya ia akan telat, batinku. Suster yang agak heran melihat tingkahku menanyakan apakah aku tidak merasa sakit? Aku hanya tersenyum santai, sakit sih sus, tapi gak sakit banget. Dia bilang biasanya kalau ibu-ibu yang lain sudah menjerit-jerit bahkan dari saat pembukaan satu. Aku hanya nyengir. Karena sungguh memang aku belum merasa sakit yang teramat sangat.

Kemudian dokterku datang, ia baru saja selesai memeriksa pasirn terakhirnya. Waktu itu jam 14.30. Pembukaanku masih enam menuju tujuh. Sang dokter menanyakan hal yang sama padaku, ibu nggak sakit? Aku hanya nyengir, lagi. Kemudian ia memutuskan untuk memberiku obat perangsang mules. Menurutnya, akan berbahaya bila sampai pembukaan lengkap tapi aku tidak merasakan mules seperti seharusnya. Lagipula lebih cepat lebih baik, menurutnya yang sudah lelah praktek dari pagi tadi, haha.

Aku agak ragu, apakah aku harus menunggu suamiku terlebih dahulu atau tidak. Aku juga agak takut karena saat persalinan pertamaku itu, aku merasa sakit luar biasa saat diberi obat itu. Tapi akhirya aku meminumnya, setengah tablet. Dan seperti dugaanku, setelah meminum obat itu, perutku mulai merasakan mules luar biasa. Kuat sekali, dan semakin lama semakin sakit. Aku menahan sekuat tenaga agar aku tidak ngeden sebelum waktunya. Aku tak mau mengulang kesalahan persalinan pertama dulu.

Sebagai ibu beranak dua, aku boleh berbangga, karena setiap kali aku melahirkan, aku tak pernah berteriak kesakitan ataupun histeris. Setiap rasa sakit yang kurasakan aku simpan untukku sendiri, dan aku hanya menahannya dengan ucapan istigfar perlahan ataupun hembusan nafas dalam. Tanteku yang turut menemani sampai tak tega melihatku dan menyuruhku untuk berteriak kalau menang sakit. Tapi aku memilih untuk tetap diam.

Hingaa tepat pukul 15.30, aku dinyatakan pembukaan lengkap. Dokter bergegas masuk ke ruang persalinan. Saat bukaan lengkap pun, dokter tak melihat perubahan ekspresi dariku. Suamiku juga masih belum datang. Kemudian dokter memanduku untuk mengeluarkan bayi dari dalam perutku. Dengan dua kali tarikan napas, keluarlah bayi mungil itu. Dokter mengatakan bahwa aku hebat sekali, melahirkan tanpa satu kalipun berteriak kesakitan.

Alhamdulillah, bayi mungilku sudah lahir dengan berat 2,64kg dan panjang 49cm. Mama menjadi orang yang mendampingi persalinanku. Dan papa sudah menunggu di depan ruang persalinan. Ketika sudah terdengar suara tangisannya, papaku buru-buru masuk ke dalam untuk mengumandangkan adZan dan iqomah di kedua kupingnya. Tak lama kemudian ayahnya sampai di rumah sakit. Ia terharu melihat aku dan bayi perempuannya telah selamat dalam momen luar biasa itu.
Selamat datang di dunia bayi cantikku, bersinarlah untuk memberi kebaikan bagi banyak orang! 






Monday, December 21, 2015

Sekolah Al Jannah Cibubur : Review

Tibalah saatnya saya menghadapi fase dimana saya harus hunting sekolah buat anak. Kalau waktu TK saya lebih santai pilih sekolah buat aqqil, yang penting TK Islam dan deket rumah. Kalau untuk SD ini, saya ngerasa harus pilih dengan cermat, soalnya aqqil akan sekolah 6 tahun kan di sekolah ini.

Untuk daerah cibubur dan sekitarnya, sebenernya lumayan banyak pilihan sekolah dasar untuk aqqil. Daftarnya nanti saya tulis di postingan lain ya. Setelah melewati 10 langkah memilih sekolah, saya udah punya beberapa kandidat sekolah. Salah satunya Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Jannah.

SDIT Al Jannah berlokasi di pondok rangon Jakarta Timur. Secara lokasi, agak lumayan jauh sih dari rumah saya di harvest city cileungsi (sekitar 16km atau 1 jam perjalanan). Tapi, ada beberapa hal dari sekolah ini yang bikin saya tertarik.

Pertama, sekolah ini memadukan metode pengajaran yang berdasarkan pada ajaran agama islam, sekolah alam, dan mengedepankan sains. Konsepnya tiga pilar islam-alam-sains. Kok pas ya sama apa yang saya cari. Konsep islam dan sains sesuai sama prioritas saya dalam mencari sekolah. Sementara konsep sekolah alam sepertinya akan cocok dengan energi aqqil yang cukup berlebih. Hehe

Kedua, fasilitas sekolahnya lengkap. Sekolahnya luas, dengan fasilitas kolam renang, lapangan futsal, wilayah pertanian, wilayah perikanan, outbond, kantin, masjid, dan gedung sekolah yang bersih.

Ketiga, full day school. Disini anak masuk sekolah dari jam 7.30 sampai jam 15.30. Cukup lama buat sebagian orang. Tapi kalau buat saya, dengan lebih lama di sekolah, sepertinya kegiatannya akan lebih teratur. Berhubung ibunya masih harus jd pegawai yang terikat jam kerja. Pagi ada sholat dhuha, trs ada tilawah quran setiap hari. Ekskulnya juga bermacam-macam dari mulai sepak bola, berenang sampai dengan robotic.

Setelah survey kesana (tapi lupa foto-foto), baru tau nih berapa besar biaya yang dibutuhkan kalau aqqil mau masuk kesini. Biaya masuknya sekitar 30juta-an, SPP nya 1.750rb per bulan (termasuk catering dan ekskul tapi belum termasuk jemputan). Mmm, termasuk murah atau mahal yaaa? 😁😁


Oh iya, disini juga menerima anak berkebutuhan karena mereka menyatakan sebagai sekolah inklusif. Saya penasaran juga, bagaimana ya cara gurunya membuat anak-anak bisa menerima temannya yang berkebutuhan khusus. Karena kata guru disana, mereka awalnya saja kaku dengan para anak abk, tp setelah akrab, mereka malah sangat sayang pada anak abk itu. Anak abk itu juga memiliki shadow teacher tersendiri. Biasanya di dalam kelas ada 2 orang abk. Jd guru kelasnya ada 2 orang ditambah dengan 2 org shadow teacher untuk anak abk.

So far sih suka banget sama sekolah aljannah ini. Tapi masih mempertimbangkan harga dan jarak. Sambil mikir, kita survey lg deh ketempat lain. Yukkk!

Monday, December 14, 2015

10 Tips Memilih Sekolah Untuk Anak

Ya ampyuun.. Judulnya udah kaya halaman wollipop yaa.. :))

Jadi gini ya buibu, tak seperti zaman kita dulu, persoalan pilih-pilih sekolah buat anak kita zaman sekarang adalah sebuah hal yang pelik. Bahkan peliknya sudah dimulai dari pemilihan playgroup atau Taman Kanan-Kanak. Rempongnya itu persis banget kaya jaman dulu kita nyari kampus untuk kuliah. (Duh, gimana emak-emak zaman sekarang gak penuh drama ya?!!)

Percaya atau gak (mesti percaya), mama-mama urban saat ini seringkali sudah mendaftarkan anak mereka di TK atau SD favorit sepanjang masa sejak 2-3 tahun sebelumnya, bahkan waktu saya ke SD islam yang di mesjid Istiqlal, ada ibu-ibu (bukan cuma satu) yang udah daftarin anaknya dari waktu baru lahir! (Bah! Visioner banget emak-emak ini ya.. Sementara gue masih mikirin asi ekslusif, dia udah mikirin sekolah anaknya).. Well, emang begitulah kenyataan yang menunjukkan betapa sengitnya persaingan masuk Sekolah favorit (khususnya) di Jakarta dan sekitarnya.. Padahal, kalau dilihat biaya masuknya itu, nggak ada yang murahhh lho! Semuanya double digit diatas 20an juta. Makin gila gak tuh? Walaupun kita udah rela bayar mahal, tapi tetep aja belum tentu diterima.. Wkwkwk nasib-nasib *pukpuk diri sendiri*

Jadi, untuk buibu yang anaknya taun depan atau beberapa taun lg mau sekolah.. Sesuai judul postingan ini, ada beberapa tips yang harus dilakukan supaya gak puyeng pada saatnya nanti.

1. Serangkaian persiapan ini harus dilakukan minimal setahun sebelum tahun masuk ajaran baru ya, karena rata-rata sekolah udah mulai membuka pendaftaran sejak november tahun sebelumnya. Luar biasa kan? Dan kalau november (saat gak buru-buru daftar, untuk sekolah favorit, biasanya sudah langsung terisi penuh kuotanya. Jadi kalau kita masih sibuk cari-cari sekolah mendekati ajaran baru, bisa dipastikan telat banget alias dadah babay. (Disclaimer : hal ini berlaku untuk sekolah swasta ya, kalau yang diincer SD Negeri sih biasanya baru buka menjelang tahun ajaran baru)

2. Dimulai dengan melakukan pendataan kecil-kecilan sekolah apa saja yang ada di sekitar tempat tinggal kita. Misal anaknya mau masuk SD, bikin list semua SD yang ada di sekitar kawasan rumah tanpa kecuali, istilahnya seperti bikin database (big data) sebagai bahan sebelum mengambil keputusan. Informasi ini bisa didapat dari internet, blog atau forum, brosur atau spanduk, plang yang ada di jalan ketika kita pulang dan pergi dari kantor, dll.

3. Setelah kita punya data sekolahnya, kemudian kita harus menyortirnya dengan menentukan kualifikasi apa yang kita inginkan dari sebuah sekolah, let say SD. Kalau saya, menentukan kualifikasi pertama adalah SDIT alias Sekolah Dasar Islam Terpadu, karena saya ingin anak-anak saya akrab dengan ajaran Islam dalam tahap awal belajarnya, memiliki wawasan keislaman yang baik mengingat saya kurang mampu memberikan pendidikan Islam yang mumpuni. Kualifikasi kedua adalah sekolah alam atau full day school, supaya aqqil punya rutinitas kegiatan yang tersusun baik di sepanjang harinya, inginnya sih dengan lebih banyak belajar di luar kelas (Hiks! Ini sih sebenernya karena emaknya masih jadi pegawai yang pergi pagi pulang malem, gak bisa banyak nemenin anaknya dirumah). Nah, setiap orangtua akan memiliki kualifikasi yang beda-beda. Teman saya lebih memilih sekolah internasional dengan penggunaan dua bahasa (bilingual) di dalam kelas. Ada juga teman saya yang lebih memilih sekolah dengan metode pengajaran montessori. Sah-sah aja kok. Kita sebagai orang tua kan paling tau apa yang terbaik untuk anak.

4. Sesuaikan dengan kekuatan keuangan. Terus terang nih ya, untuk saya yang berada di kelompok ekonomi menengah (tapi pengen kualitas sekolah yang keren), biaya masuk sekolah itu mahal-mahal banget!! Untuk masuk SD sekelas Al-Azhar di Cibubur aja, uang masuk tahun 2015 ini udah diatas 30jt-an. Itu pun masih tergolong murah jika dibandingkan dengan sekolah yang menyandang status ib atau international baccalaurate (bener gak ya nulisnya?) yang biaya masuknya bisa sampai 50-70juta.. *duh gusti, nangis bombay.. Maka dari itu, kita harus tetep realistis, cari sekolah bagus tapi yang sesuai dengan kemampuan finansial kita (Benarlah itu ya mengapa kita harus investasi pendidikan anak jauh hari sebelumnya). Apalagi kalau anaknya ada banyak (kaya gue), gak mungkin kan adik-adiknya gak sekolah gara-gara aqqil bayar sekolahnya mahal bangeud :p

5. Masih soal biaya, jangan cuma pikirin biaya masuknya aja ya, tapi juga biaya bulanannya. Untuk tahun 2015 ini kayanya SPP bulanan rata-rata SD sekitar 1,8 menuju 2juta. Tapi tergantung sekolahnya kaya apa ya. Ada juga yang spp nya sampe 3,5juta (*keleyengan). Nah, kita kita juga harus cermat nih, biaya bulanan itu sudah all-in atau belum, apakah sudah termasuk catering, jemputan, field trip, ekskul dan biaya lain-lain. Atau jangan-jangan nanti kita masih harus membayar biaya lain-lain. SPP yang tadinya dirasa murah, bisa jadi bengkak kalo masih harus ditambah ini itu.

6. Udah dapet beberapa sekolah incaran yang dirasa pas di hati dan di kantong? Jangan puas dulu. Perbanyak browsing informasi dan testimoni tentang sekolah-sekolah itu dari berbagai sumber. Jangan males menambah masukan dari orang tua yang pernah menyekolahkan anaknya di sekolah tujuan kita. Siapa tau ada hal-hal penting yang ternyata malah bikin kita gak sreg. Browsing dari internet, tanya teman atau tetangga, ngubek-ngubek forum, it's a must! Supaya kita bisa sampai tahapan haqul yaqqin tentang sekolah yang kita pilih. Mmm.. tapi kita juga mesti pinter-pinter memilah informasi, karena gak semua informasi itu bisa ditelan mentah-mentah oleh kita. Dari sekian informasi yang kita dapat, pasti ada aja penilaian negatif dari orang lain. Tentu saja ekspektasi setiap orang tua terhadap sebuah sekolah itu kan beda-beda. Kalau negatifnya terkait dengan hal remeh-temeh, gak usah terlalu dipikirin. Tapi kalau banyak yang ngomong tentang hal negatif yang sama, ada baiknya difollow up langsung ke sekolahnya. Pilahlah informasi yang penting sesuai kebutuhan kita.

7. Pertimbangkan jarak antara rumah dan sekolah yang dipilih. Kadang, karena ambisi orang tua (duh bahasanya), kita jadi memaksakan anak untuk bersekolah di sekolah pilihan kita walaupun jaraknya terhitung jauh. oba dipikirkan lagi dengan matang. Apa gak kejauhan dan terlalu melelahkan buat si anak? Kalau memang jaraknya jauh dan macet sepertinya akan lebih bijak kalau tidak dipaksakan ya. Apalagi kalau masih TK atau SD. Belum lagi pertimbangan siapa yang akan mengantarkan kalau kita bekerja, atau bagaimana biaya tambahan untuk jemputan yang lumayan mahal kalau jaraknya jauh. 

8. Sepertinya sampai tahap ini sudah semakin sedikit kandidat sekolah yang akan kita pilih. Nah, sekarang waktunya cek TKP alias dateng langsung ke sekolahnya. Survey langsung ke sekolah itu suatu keharusan, jangan cuma mengandalkan brosur atau informasi di internet ya. Kita harus dateng liat kondisi sekolahnya seperti apa, kelasnya gimana, kamar mandinya gimana, tanya pola pengajarannya seperti apa, dimana tempat bermainnya, dimana tempat main bolanya,dll

9. Ikuti open-day yang biasanya dilakukan oleh sekolah tersebut pada saat awal-awal pendaftaran. Saat open day itu biasanya kita bisa melihat semua fasilitas yang ada di sekolah. Selain itu, kita juga bisa melihat bagaimana suasana siswa-siswa yang sekolah di sana. Sebagai emak-emak, kita biasanya bisa dapet feeling anak kita bakal betah gak di sekolah itu dengan cara melihat kegembiraan yang dipancarkan raut muka siswa disana, atau hal apa dari sekolah itu yang bisa membuat anak kita tertarik saat pertama kali datang. Biasanya kalau pertama dateng aja anak kita udah gak tertarik, selanjutnya malah ogah-ogahan disuruh sekolah.

10. Kalau udah dapet sekolah yang dipilih. Buruan daftar sejak pendaftaran tahap pertama dibuka, jangan dientar-entar! Selain karena takut kehabisan tempat, biasanya beberapa sekolah memberikan diskon khusus dengan jumlah yang lumayan untuk pendaftar pada tahap pertama ini. Duh, jaman sekarang ini, nggak beli properti, nggak daftarin anak sekolah, emang mesti cepet-cepet ya.. Karena besok harga naik! hahaha..

So, Selamat hunting sekolah ibu-ibuuuu!! semangaaaaatt!







Andy Noya Kisah Hidupku - Review Buku

Buku ini saya dapat saat pameran literasi di Kementerian Keuangan pada November 2015 lalu. Tokoh se-famous andy noya datang ke Kemenkeu untuk bercerita tentang bukunya sudah pasti mengundang perhatian para pegawai di sana termasuk saya.
Lobby gedung juanda 2 sudah penuh dengan ratusan orang yang ingin menyaksikan sesi bedah bukunya. Emang dasar beliau pembawa acara terkenal, gaya penyampaian tentang bukunya itu sangat menarik dan jelas. Sesekali ia melempat joke ringan yang membuat sesi itu jauh dari kata membosankan. Ia bahkan menyuruh moderator untuk diam saja, karena ia mampu menerangkan isi buku itu tanpa harus didampingi moderator, dengan nada becanda tentu saja. (*pukpuk Pak budi haha)

Banyak orang yang mengidolakan andy noya karena talk show kick andy-nya yang menggugah, mengedukasi, menginspirasi dan menyebarkan semangat bagi masyarakat indonesia. Tapi banyak hal yang ia ceritakan dalam buku ini yang mungkin belum diketahui oleh penonton setianya, seperti :
1. Ia adalah anak produk broken-home yang pernah hidup cukup lama tanpa kasih sayang seorang ayah. Sebagai seorang anak uang juga 'kekurangan' kasih sayang ayah, saya cukup bisa memahami beban berat masa kecilnya tanpa figur orangtua yang lengkap.
2. Sewaktu kecil, andy noya sering berbuat nakal bahkan kriminal kecil-kecilan. Untunglah, jalan hidup menuntunnya untuk menjadi orang baik, sehingga ia tidak harus meneruskan bakatnya di bidang kriminal.
3. Andy Noya saat ini memiliki 11 orang anak yang harus ia kasihi dan biayai. 3 orang anak laki-laki merupakan anak kandungnya dari istrinya Upiek. Sementara sisanya adalah anak yatim piatu dari kakak-kakaknya yang telah meninggal lebih dahulu.
4. Andy Noya menikah dalam keadaan belum mapan. Seserahan yang diberikan pada saat lamaran itu dibeli oleh calon istrinya sendiri. Bahkan, batik yang dipakai saat lamaran adalah milik calon bapak mertuanya 😅😅
Dan masih banyak cerita lainnya.

Seperti halnya buku biografi, buku ini bercerita tentang perjalanan hidupnya sedari kecil hingga saat ini. Gaya bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami dan disajikan dengan gaya bertutur yang menarik seperti sebuah cerita. Cukup waktu sekitar 2 hari untuk melahap buku yang lumayan tebal ini (on-off-dibaca disela waktu senggang). Buku ini ditulis oleh Robert Adhi KSP penulis kompas, dengan pengayaan bahasa oleh Andina Dwifatma (temen gue yang satu ini emang keren beud dah!). 

Nilai yang paling kuat yang saya ambil dari cerita perjalanan Andy Noya adalah bagaimana kita bisa menemukan hal yang menjadi passion hidup kita, keinginan terluhur dari hidup kita, yang dinamakan 'lentera jiwa' oleh Andy Noya. Bukan perkara mudah, pastinya. Seseorang harus berani keluar dari zona nyaman untuk menemukan jalan menuju lentera jiwa tersebut. Selain itu, perjalanan hidup Andy Noya juga mengajarkan kita untuk tetap teguh memegang nilai-nilai hidup seperti kejujuran, tanggung jawab dan profesionalisme. Walaupun mungkin, nilai-nilai tersebut membuat kita dimusuhi oleh orang lain, dianggap tidak punya hati, atau bahkan memberi ancaman. Terakhir, saya nelihat besarnya peran Mbak Upiek sebagai istri Andy Noya sehingga membuat Andy Noya menjadi orang seperti sekarang ini. Coba bayangkan kalau mbak Upiek mau diajak menikah dengan syarat yang berat padahal Andy Noya saat itu masih kere. Atau, kalau mbak Upiek pengen Andy Noya dapat gaji tinggi walaupun harus kehilangan idealisme. Atau, kalau mbak Upiek selalu mengeluh terbaginya jatah gaji dengan ponakan-ponakannya yang yatim. Terbuktilah pepatah, disamping suami yang berhasil, ada istri yang nggak matre! (Gimana sih peribahasanya, lupa! Intinya gitu lah yahh)

Sedikit sih yang agak menggelitik buat saya sebagai pembaca, pada pertengahan buku sampai akhir buku, cerita perjalanan hidup Andy Noya menjadi sangat didominasi opeh Surya Paloh. Memang sih, Surya Paloh merupakan pemilik Media Group tempat dimana Andy Noya menjalankan profesinya sebagai jurnalis. Tapi, kalau buat saya pribadi sih ya, agak sedikit 'lebay' dalam menggambarkan pribadi Surya Paloh, heuheu. Dalam buku itu disebutkan SP sepertinya orang yang amat sangat nasionalis, berintegritas, bla bla bla (silakan baca sendiri). Setelah membaca buku itu, ada satu pertanyaan saya untuk Andy Noya yang waktu bedah buku tersebut tidak jadi saya tanyakan, takut menuai kontroversi, haha. 
Begini kira-kira.. "Bung Andy, sebagai salah sayu orang yang paling dekat dengan Surya Paloh. Apakah dimata anda seorang Surya Paloh akan mampu menjadi Presiden Indonesia yang baik?" As you know, SP tampak sangat ngebet ingin menjadi calon presiden melalui alat politiknya Partai Nasdem. Hmm, ada yang bisa bantu menjawab? 😁😁