Thursday, December 23, 2010

Mas Faiz Melembutkan Hatiku

Kemarin adalah pertama kalinya aku berkenalan dengannya. Perkenalan di dunia maya, mengamati wajah dalam fotonya, melihat senyumnya, sungguh menyejukkan hati. Hatiku semakin bergetar ketika aku membaca puisi-puisi indah yang dituliskannya penuh cinta. Cerita-cerita istimewa yang mengantarkan rasa simpati dan empati yang mendalam pada penderitaan yang dialami penghuni dunia. 

Faiz Abdurrahman. Seseorang yang.. subhanallah.. membuatku tak mampu berkata apa-apa selain mengucap syukur kepada Allah. Syukur karena mengirimkan seorang anak manusia yang mengingatkanku untuk selalu menyayangi saudara-saudara kita yang miskin dan papa. Takjub karena pada usianya yang masih sangat belia, ia mampu merasa lebih peka dan berpikir lebih bijak. Puisi dan cerita yang dituliskannya menyentuh hatiku, mengguncang logikaku, membuncahkan keimananku. 

Dimana aku ketika ia dengan usianya yang belia sudah sibuk memikirkan cara untuk membangun sebuah rumah yang nyaman untuk anak-anak yatim piatu? Dimana aku ketika ia telah mampu memberikan seluruh penghasilannya untuk kakak dan adik asuhnya? 

Sungguh semuanya membuatku hanya mampu tertunduk malu. Aku yang telah mengalami kehidupan dua kali lebih lama darinya, belum mampu berbuat sebanyak apa yang telah ia perbuat. Bahkan belum mampu menata hati untuk ikut menangis karena derita saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Untuk ikut menanggung derita Ibu Pertiwi Tanah Air Indonesia. Seringkali aku mengeraskan hati saat sesosok ibu tua meminta uluran tangan dariku. Bahkan aku tak pernah peduli pada kontribusiku untuk kemajuan negara ini.

Aku kagum pada kelembutan hatimu, Faiz. Aku kagum pada nilai yang diajarkan kedua orangtuamu. Kesabaran yang tidak berbatas, buah dari ketakwaan, bersama diri yang selalu bersyukur. Semoga Allah selalu menjagamu dalam ketaqwaan, adikku sayang..

Ya Allah, pada hari ini..
Aku menundukkan kepala dan hatiku
Memohon ampunan dari-Mu yang Maha Pemurah..

Sungguh aku manusia
Tak pandai bersyukur dalam ujian-Mu 
Tak bisa bersabar dalam karunia-Mu.. 

Pada hari ini Kau ingatkan kami

Untuk senantiasa mencintaiMu 
melebihi gelimang keindahan dunia..

Untuk senantiasa mencintai senyuman 

di wajah saudara-saudara kita 
melebihi gelimang harta benda..
Untuk senantiasa menebar kebaikan 
di muka bumi..

Aku memohon pada-Mu

Wahai Kekasih 
Yang Maha Lembut
Berikanlah kami kelembutan hati
sehingga cinta ini 
selalu tercurah atas nama-Mu 

Wednesday, December 22, 2010

Aku (Benar-Benar) Ingin Menjadi Penulis

Aku sering bercita-cita untuk menjadi seorang penulis. Sering? Ya! karena begitu seringnya keinginanku muncul, sesering itu pula aku membiarkannya lewat begitu saja. Tak pernah kutekuni, sehingga keinginan itu terpendam kembali. Dan suatu saat, keinginan itu akan muncul lagi. Hal itu terus terjadi berulang-ulang kali, hingga beberapa waktu yang lalu aku tersadar. Aku (Benar-benar) ingin menjadi penulis!* 

Sedari kecil aku suka menulis diary, walau isinya hanya coretan abstrak mengenai perasaan sedih dan gundahku, atau puisi norak tentang cinta monyetku. Geli sendiri kalau membacanya lagi. Sewaktu aku SMP, aku pernah menulis beberapa buah cerpen.Teman-temanku menyukai cerpenku itu, mereka bilang mengharukan. Bahkan mereka selalu menunggu ada cerpen-cerpen berikutnya. Respon yang cukup positif juga aku dapatkan atas tulisanku yang aku posting di situs jejaring sosial. Cukuplah semua itu jadi modal untuk semakin membuatku percaya diri.

Karena itulah, walaupun bakatku hanya menulis diary sewaktu kecil, kemampuan menulisku hanya beberapa buah cerpen waktu SMP, dan respon positif hanya aku dapatkan dari teman-temanku sendiri (mudah-mudahan mereka jujur ), kini aku memutuskan untuk mendalami dunia penulisan. Mencoba untuk menjadi penulis walaupun masih pemula, dan masih amatir. Berharap suatu saat bisa menjadi penulis senior dan profesional. Tahukah anda bedanya penulis amatir dan profesional? Pengetahuan pertamaku tentang penulis ini kudapat dari blog MbakHelvy Tiana Rosa bahwa penulis profesional adalah penulis yang menjadikan menulis sebagai penghidupannya, sementara penulis amatir menjadikan menulis hanya sebagai hobinya.

Sebagai langkah pertamaku, aku telah membuat blog ini untuk mengingatkanku bahwa aku harus terus menulis. Mungkin terlambat dibanding kebanyakan orang. Tapi lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali. Selanjutnya, di bulan depan aku akan mengikuti  rekrutmen Forum Lingkar Pena Jakarta, dengan agenda pelatihan menulis 2 minggu sekali. Thanx to Mbak Yusi Rahmaniar yang telah memberikanku informasi mengenai rekrutmen FLP di bulan Januari. Mudah-mudahan ini adalah sebuah jalan yang Allah berikan kepadaku untuk menjadi pribadi yang lebih bermanfaat. Aku ingin menulis untuk menjadi self-therapy bagi diriku sendiri. Aku juga ingin menulis untuk berbagi cerita dengan saudara-saudaraku di seluruh bumi. Aku juga ingin menulis untuk mendapatkan lebih banyak lagi ilmu. Dan tentu saja, mengutip kata adikku Siko Dian Sigit,menulislah untuk membawa perubahan pada dunia ini. Insya Allah.


* kata (benar-benar) digunakan untuk memberi efek serius pada niatku saat ini. Insya Allah! 

(Jakarta, 22 Desember 2010) 

Tuesday, December 21, 2010

Untuk 30 tahun yang akan datang


Ya Allah, Sang Pemilik semua mahluk didunia ini..
hari ini telah kau genapkan umur seorang mahluk-Mu yang hamba cintai
seorang mahluk yang telah menggenapkan separuh dien dalam kehidupanku
sebagian dari hidupku.. ayah dari buah hatiku..

Sang Maha Pengasih, izinkan hamba memohon kepadaMu hari ini..
Karuniakanlah kepadanya hidayah agar ia selalu mengingatMu
mencintai-Mu melebihi cintanya kepada kami..
Karuniakanlah kepadanya kasih sayang agar ia selalu mencintai seluruh umatMu
mencintai-Mu melebihi cintanya kepada gelimang harta..
Karuniakanlah kepadanya kesabaran agar ia selalu lulus dalam setiap ujianMu
mencintai-Mu melebihi cintanya kepada nafsu dunia..

Ya Rabb..
izinkan juga hamba meminta untuk 30 tahun yang akan datang..
jika engkau mencukupkan umurku hingga saat itu tiba.. 
kuingin cintaku untuknya masih indah seperti hari ini
tulus ikhlas berlandaskan cinta untukMu..
kuingin tanganku masih dapat memeluknya seperti hari ini
membangunkannya di 1/3 terakhir malam untuk mendekat kepada-Mu..
kuingin senyumku untuknya masih terukir seperti hari ini
meringankan langkahnya, menenangkan hatinya, menguatkan semangatnya..
untuk selalu menjadi hambaMu yang terbaik.

(Teruntuk Suamiku, Alhamdulillah Allah memanjangkan umurmu,, nikmat yang selalu kusyukuri dalam setiap hembusan nafas)
Jakarta, 25 Oktober 2010