Thursday, August 11, 2011

Aqqil resmi jadi member TBS Daycare

Hari ini sungguh menguras emosi saya.. Semakin tersadar, Ya Allah, sungguh tak mudah menjadi seorang ibu jika tanpa pertolonganMu..

Begini ceritanya...
Hari senin yang lalu, pengasuhnya Aqqil bilang kalau dia mau kawin akhir bulan ini, n mau pulang kampung hari rabu. (Saya agak sebel juga, karena ngasih taunya ngedadak banget, emangnya nyari pengganti gampang?) Tapi ya udahlah, mungkin memang Allah berkehendak demikian. Akhirnya saya pun mulai sibuk memikirkan alternatif untuk pengasuhan aqqil.

Usul pertama, mencari pengganti sementara yang berasal dari tempat saya tinggal. Usul ini langsung ditolak mentah-mentah oleh suami saya. 

Usul kedua, aqqil diasuh bergantian oleh mertua saya dan suami saya. Karena jam kerja suami saya cukup fleksibel, shingga memungkinkan dia untuk membantu menjaga aqqil.

Usul ketiga, mencari toddler sekaligus tempat penitipan anak yang berkualitas baik dan bisa diandalkan.

Setelah menimbang baik buruknya, dari ketiga usul diatas, saya dan suami sepakat untuk mencari tempat penitipan anak untuk Aqqil. Ternyata, mencari TPA itu susah-susah gampang ya. Apalagi yang dekat dengan tempat kerja saya di bilangan Jakarta Pusat. 

Wednesday, May 11, 2011

Nggak Perlu Murus untuk Jadi Kurus

Perempuan mana sih yang nggak mau punya tubuh langsing, semampai, dengan lekuk tubuh yang indah?
Perempuan mana juga yang mau dikatain gendut, tembem, gede, bongsor, atau istilah-istilah tak berperikemanusiaan lainnya?

Itulah kenapa sampai saat ini berat badan selalu jadi problem utama perempuan. Kenapa semakin banyak perempuan yang berdiet, sehingga obat pelangsing selalu jadi produk paling laris manis di pasaran.

Jadi, siapa perempuan yang ngotot pengen kurus itu?
Salah satunya adalah saya sendiri. Saya nggak malu mengakuinya.
Bagaimanapun, bisa tampil prima dan tidak memiliki image 'gendut' di mata orang, terutama suami adalah sebuah kebanggaan buat saya.

Waktu remaja, saya adalah orang yang tidak mempedulikan bentuk tubuh saya. Alhasil, terciptalah bentuk tubuh yang lebih besar dari seharusnya. Melar seperti baju yang direndam minyak tanah. (Haha, nggak segitunya sih..)

Sekarang, tentu saja saya harus lebih peduli. Pertama, demi kesehatan saya. Bagaimanapun, punya tubuh gemuk itu rentan dengan penyakit. Kedua, tentu saja penampilan. Menurut riwayat, salah satu ciri istri sholehah adalah mampu menjadi penyejuk mata dan hati suami. Lha, kalo banyak gelambir di kanan kiri, gimana mata suami mau sejuk?

Kini saya sangat bersyukur. Diantara sekian banyak orang yang menjadi lebih gemuk setelah melahirkan. Saya malah sebaliknya. Menjadi lebih kurus, bahkan dari sebelum saya hamil. :)
Bagaimana caranya?

Berbagai upaya bisa kita tempuh untuk mewujudkannya, salah satunya adalah diet. Tidak mudah memang, tapi dimana ada usaha disitu pasti ada jalan. Salah satu cara yang saya tempuh adalah dengan mengubah pola makan saya, dan melakukan substitusi makanan.

Menu sarapan saya yang biasanya diisi oleh satu set nasi putih, lauk pauk, sayur dan kerupuk, kini saya ganti dengan semangkuk oatmeal (Quacker oat) yang dilarutkan dalam freshmilk cokelat. Sementara untuk makan siang, saya masih bisa menyantap satu set nasi putih, dengan lauk pauk dan sayuran. Namun, dengan syarat mengurangi porsi nasi putih menjadi setengahnya. 

Bagaimana dengan makan malam? 
Nah, idealnya kita sudah harus berhenti mengunyah pada pukul 18.00. Untuk pengganti makan malam, boleh dicoba dengan buah-buahan atau susu. Tapi, sejujurnya saya juga masih sering melanggar larangan makan malam ini. Seringkali saya tak kuat menahan godaan nasi goreng, ketoprak atau sate ayam yang disantap oleh suami saya. 

Cara diet yang saya jalankan memang tidak serta merta menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan. Tapi, selama beberapa bulan ini, saya sudah bisa menghilangkan 4 kg.

Mau yang lebih cepat? Teman saya Eris Praghina, tau jawabannya. Tapi, tentu saja, hasil yang cepat membutuhkan usaha yang ekstra keras juga.

Sebagai gambaran, teman saya itu selama tiga hari hanya makan buah, yang dinamakan detoks. Hari-hari berikutnya, ia hanya makan pisang atau dua lembar roti di pagi hari, makan siang dengan nasi putih tak lebih dari tiga sendok makan dan lauk, tanpa makan malam. Diantaranya ia hanya diperbolehkan ngemil buah-buahan. Itu pun hanya pada jam-jam tertentu. Selain itu, diet tersebut harus dilakukan di bawah bimbingan shinse, dengan anjuran konsultasi dan terapi akupuntur sekali seminggu. 

Mmm, kalau saya masih belum sanggup deh kayaknya. Tapi, teman saya itu sekarang sudah jauh lebih langsing. Ia telah berhasil turun 8 kilo dalam waktu kurang dari 2 bulan. 

Mau pilih cara cepat atau cara santai, itu semua terserah kita. Yang paling penting adalah konsistensi, dan jangan lupa imbangi dengan olahraga. Saran dokter ahli, sebaiknya hindari diet dengan memakai obat pelangsing. Selain akibatnya bisa fatal untuk kesehatan, obat itu juga dapat menyebabkan ketergantungan. 

Ingat, diet yang benar adalah dengan menjaga pola makan. Jadi, selamat diet sehat ya!
 

Monday, May 2, 2011

Indahnya Berbagi, Karena Kita Berarti

Beberapa minggu terakhir ini, hatiku gelisah, pikiranku ricuh berandai-andai. Setiap bangun pagi, malas langsung menyergap karena harus berangkat ke kantor. Mood kerjaku menurun drastis. Hanya ragaku yang setiap hari terpaksa menjalani rutinitas pekerjaanku, tapi jiwaku tidak. 

Aku semakin gundah. Sampai kapan aku harus menjalani rutinitas ini?
Entah mengapa, setelah cuti selama seminggu, tidak mampu mendongkrak semangat kerjaku, malah membuatku tak ingin kembali ke kantor. 

Dirumah, aku bisa bangun lebih pagi, tanpa rasa malas, excited karena akan memasak menu-menu baru. Sisa waktu lainnya kuhabiskan untuk bermain dan menemani aktivitas aqqil. Yap, tanpa target kerja, tugas yang menumpuk, dan rasa bersalah karena harus meninggalkan aqqil. Kurasa tak ada yang lebih kuinginkan dari hal ini. 

Saat aku mulai mendamba kehidupanku dirumah. Hatiku dirundung galau. Apakah aku harus keluar dari pekerjaanku saat ini?

Pertanyaan itu pernah juga kulontarkan kepada suamiku. Betapa aku sudah sangat tidak betah berada di kantor. Betapa aku ingin menghabiskan waktu dirumah bersama anak kesayanganku. Betapa aku selama ini tersiksa karena tak mampu mengurus anakku dengan tanganku sendiri. "Aqqil itu anak Ayah ya, bukan anak Bunda," "Bunda nya wanita karir sih," Ucapan itu tak ayal membuat telingaku panas.

Suamiku tak melarang, pun tak menyuruh. Ia mengajakku untuk berpikir jernih. Kalau itu memang yang terbaik menurutku, ia akan mendukung.

Kembali, aku larut dalam kebimbangan. Pertanyaan yang sama berputar-putar di kepala. Haruskah aku resign? ah, tapi aku masih belum berani melakukannya. 

Beberapa hari yang lalu, aku tersadar. Aku tertunduk malu pada kebesaran suatu Zat, dimana angin takkan mampu bertiup, jika tanpa kehendak-Nya. Bagaimana mungkin aku tak mampu mensyukuri nikmat-Nya untukku? Nikmat yang diberikannya khusus untuk diriku, bukan orang lain. 
Nikmat kesehatan sebagai istri, ibu sekaligus pelayan bangsa. 
Nikmat ibadah dalam tanggung jawab ilmu yang bermanfaat. 
Nikmat rezeki yang tak henti mengalir. 
Nikmat berbagi aliran rezeki itu dengan saudara dan kawan.
Nikmat kemurahan hati pada anak-anak yatim dan papa. 
Nikmat dalam senyum orang-orang yang kita kasihi.
Dalam gelora nikmat dariNya, mengapa aku hanya meratap egoisme ku sendiri?

Astagfirullahal'adzim.
Duhai Tuhan, ku membantah pertanda-Mu lagi. 

فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
"Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?"

Ya Allah, Maha Pemilik Segala Hati. Ampunilah kesombongan kami. Kaki dan tangan ini hanyalah milik-Mu. Bahkan degup jantung ini pun karena cinta-Mu. Cinta pada sesama mahluk-Mu.

”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling diicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah swt?” Rasulullah saw menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan." 

Monday, April 18, 2011

Menulis Yuk..!

Dengan sekonyong-konyong, di suatu pagi, cita-cita masa kecil saya untuk menjadi penulis kembali meletup di kepala dan menyiksa pikiran sepanjang hari.. daripada cuma jadi akar stres, saya memutuskan untuk memaksakan diri saya untuk melatih bakat menulis yang sepertinya tidak saya miliki. Saya akan menjadi penulis profesional.

Nggak berbakat kok mau jadi penulis? 
Tenang aja.. menurut para sesepuh yang terpercaya, bakat itu hanya berperan 1% dalam keberhasilan seseorang, dan 99% lainnya ditentukan oleh motivasi dan kerja keras.
Kerja keras membutuhkan pengorbanan.. akhirnya, dengan sangat terpaksa saya menyisihkan waktu libur setiap 2 minggu sekali untuk mengikuti pelatihan menulis dengan Forum Lingkar Pena Jakarta. (Maaf ya aqqil-ku sayang, bunda terpaksa memangkas sedikit waktu kebersamaan qta)

Setelah mendapat berbagai wejangan dari para penulis berbakat seperti Kang Taufan E.Prast, penulis best-seller seperti Mbak Asma Nadia, penulis produktif seperti Kang Arul, maupun penulis gigih (walaupun belum berhasil jadi penulis terkenal, tetap gigih menulis), saya sudah merangkum beberapa tips menulis yang yahud. Check this out!

1. Tanamkan keyakinan bahwa menulis itu mudah
Gimana mungkin kita bisa menghasilkan sebuah tulisan, kalau kita aja berpikir menulis itu susah? Yakinlah, bahwa menulis itu bukan bakat, tapi skill/kemampuan yang bisa dipelajari. Kalau orang lain bisa kenapa kita enggak?

2. Tulislah sesuatu yang dekat dengan kita
Banyak penulis pemula yang kesulitan menemukan ide ketika akan mulai menulis. Hey, wake up n open ur eyes! ide itu bertebaran di sekitar kita. Cerita tentang kehidupan kita aja kalau mau dibikin tulisan bisa 7 buku gak abis-abis tuh. Carilah sesuatu hal yang dirasa paling dekat dengan kehidupan kita, atau sesuatu yang paling kita sukai, atau sesuatu yang paling kita kuasai. Dengan begitu, menuliskannya pasti akan lebih mudah.

3. Rajinlah berlatih 
Mantan editor Kompas Pak Hary Surjadi pernah memberitahu saya tentang teknik freewriting. Freewriting ini adalah latihan menulis bebas tanpa berhenti selama 5-10 menit sehari. Tuliskan saja apa yang ada di kepala anda, walaupun tulisan itu mungkin gak nyambung, gak sesuai EYD, pokoknya tulis! Berlatihlah setiap hari, bisa karena biasa!

4. Jadikan menulis sebagai passion
Banyak orang yang menjadikan menulis hanya sebagai hobi, dan iseng-iseng di kala waktu luang. Namun, iseng-iseng tersebut seringkali tidak mampu membuat mereka menjadi penulis profesional. Buatlah target, seperti menulis sebuah buku, membuat cerpen yang dimuat di media, menulis artikel di media massa, dll. Jika hal itu sudah menjadi passion, maka secara tidak langsung akan memberi semangat ekstra.

5. Buatlah blog
Salah satu cara agar kita rajin menulis adalah dengan membuat blog. Tulis apa saja di dalam blog anda. Menjadikan blog sebagai ganti buku diary anda pun tak masalah. Publish blog anda kepada teman-teman, sehingga anda akan mendapatkan respon mengenai tulisan anda.

6. Cari Social Support System
Mengikuti pelatihan ataupun komunitas menulis sangat disarankan. Kenapa? Karena berada di lingkungan orang-orang yang aktif menulis akan membuat kita semakin terpacu untuk menulis. Saat semangat atau motivasi kita melemah, akan ada teman kita yang mengingatkan kita untuk terus menulis. Kalau kita berteman dengan penjual minyak wangi, kita juga akan ikut wangi kan?

7. Mulailah menulis dari sekarang
Daripada pusing dengan terlalu banyak teori dan tips, ayo mulailah menulis! Bisa menulis cerpen, artikel, puisi, prosa, novelet atau apa saja. Mulailah menulis dari sekarang, konsisten untuk meluangkan waktu dan energi untuk menulis apa yang telah anda tulis, dan jangan lupa segeralah selesaikan tulisan anda. Kesibukan bukanlah suatu alasan. No excuse!

8. Jangan lupa edit tulisan anda
Setelah kita membuat sebuah tulisan, simpan dulu tulisan anda beberapa hari untuk menetralkan pikiran kita lagi. Kemudian baca sekali lagi tulisan tersebut dan jangan lupa diedit. Setelah beberapa hari tak membaca tulisan tersebut, anda akan lebih mudah mencari ejaan yang salah, kata yang tidak tepat, kesalahan redaksional, atau hal-hal lain yang dianggap tidak pas.

8. Kirimkan Tulisan anda!
Nah, kalau sudah mempunyai sebuah tulisan, jangan malu untuk mengirimkannya ke rekan-rekan anda untuk dibaca dan dikoreksi. Bisa upload di facebook, atau kirim via email, atau kirim hardcopy nya langsung. Kita memerlukan pendapat orang lain untuk membuat tulisan kita semakin baik. Coba juga untuk mengirimkannya ke suratkabar, majalah atau untuk mengikuti audisi/kompetisi. Inilah saatnya mengetahui sejauh mana kemampuan kita. Bersiaplah menjadi calon penulis masa depan!

Segitu dulu deh tipsnya, semoga membantu!
Nanti kalau saya dapat tips yang baru lagi, insyaAllah akan saya share disini..
Yang penting, jalankan dengan sungguh-sungguh.. insyaAllah, kata teman saya, semua yang berasal dari hati akan dengan mudah pula diterima dengan hati.

Oia, kabar gembira.. alhamdulillah, saya berhasil menjadi salah satu pemenang audisi tulisan antologi untuk buku 'asma nadia inspirasiku' yang akan diterbitkan oleh leutika Publisher.. sebuah karya, yang insya Allah akan diikuti dengan karya-karya lainnya..
Ganbatte Kudasai! *in japanese meaning, of course!* 

Friday, March 11, 2011

Kehamilan Pertamaku : Demi Aqqil, Bunda Rela Menjadi Gendut, Buruk Rupa, Puasa Indomie, dan Kena Cacar..

Aqqil adalah panggilan kesayanganku untuknya, artinya berakal alias cerdas. Raqqil Mahfudza Hayat, adalah lengkapnya. Nama yang aku berikan untuk buah hatiku, setelah perdebatan panjang kali lebar kali tinggi dengan suamiku, kami menyepakati nama ini (dengan setengah paksaan dariku kepada suamiku). Dalam namanya, kami berdoa agar dalam hidupnya ia selalu diridhoi Allah untuk menebar kebaikan. Semoga Allah mengabulkan doa kami berdua.

Kehamilan pertamaku, seperti kehamilan pertama ibu lainnya, menjadi pengalaman tak terlupakan. Padahal dulu pada awal pernikahan, aku tak ingin langsung punya anak karena merasa belum siap untuk menjadi seorang ibu. Aku ingin menunda kehamilanku dan menghabiskan setahun atau dua tahun berdua dengan suamiku, karena sebelumnya kami tidak berpacaran. Semacam honeymoon dulu lah kalo boleh dibilang. Sementara suamiku pengen segera menimang anak, dan ia takut jika kita menunda kehamilan, malah nanti akan susah untuk punya anak.

Dan ternyata Allah menunjukkan kehendak-Nya. Selang empat bulan dari hari pernikahanku pada Desember 2008, aku merasakan mual yang terus menerus di pagi hari. Harap-harap cemas, aku mencoba memakai testpack untuk mengetahui apakah benar aku hamil atau tidak.  Rasanya ingin melonjak kegirangan ketika di dalam kamar mandi, garis merah di testpack itu ada dua. Aku positif!
Entah senang karena ini adalah hal yang diinginkan suamiku, atau senang karena aku mulai bosan ditanya oleh semua orang sudah hamil atau belum, tapi aku benar-benar excited mengetahui ada mahluk super mungil di dalam tubuhku. Sambil tak dapat menahan senyum, aku keluar kamar mandi dan menunjukkan hasil testpack itu kepada suamiku. Suamiku berucap keras, Alhamdulillah, sambil ikut tersenyum lebar. Tokcer!

Untuk menambah keyakinan kita berdua, kita datang ke salah seorang dokter kandungan senior di RS Budi Jaya di daerah Tebet. Sang dokter, tanpa ekspresi, menyatakan bahwa aku sudah hamil 8 minggu, dan sudah terlihat embrio sebesar biji kacang dalam kantung kehamilanku. Karena udah begitu seringnya kali ya ni dokter periksa ibu hamil, sampai nggak ada ekspresinya sama sekali.
Setelah tahu ada calon bayi dalam perutku, kujalani hari dengan sebaik-baiknya, sekuat tenaga dan daya upaya agar ia bisa terlahir dengan sehat dan selamat. Kebiasaanku pun terpaksa berubah. Mulai bawel kalau ada orang yang merokok di dekatku, banyak makan buah dan sayur (lebih banyak buah sih daripada sayur), mati-matian nggak makan indomie (walaupun beberapa kali kecolongan karena suamiku suka 'ngabibita' makan indomie tengah malem), mati-matian berusaha minum susu ibu hamil yang rasanya menurutku bikin mual, minum serentetan vitamin DHA dan kalsium, dengerin musik klasik, banyak sholat ngaji dan berdoa. Pokoknya semua kegiatan yang 'kata orang' seharusnya dilakukan oleh ibu hamil.

Dan luar biasa bahagianya suamiku, ketika hasil USG menunjukkan bahwa jabang bayi yang kukandung ini berkelamin laki-laki. Ia dengan bangganya mengakui bahwa Allah memang Maha Baik karena telah mengabulkan permintaannya bahwa ia menginginkan anak pertamanya seorang laki-laki. Aku sih senyum-senyum saja melihat tingkahnya yang jadi seperti anak-anak baru dibelikan mainan. Laki-laki atau perempuan yang penting dia sehat, kalo menurutku dalam hati. Lagian, ini juga baru anak pertama, apa aja nggak masalah. 

Tapi ternyata, selain hasil USG yang menduga kalau anakku laki-laki, tanda-tanda lain juga muncul pada tubuhku. Kalau kata orang (lagi), biasanya hamil anak laki-laki itu bikin ibu tampak lebih jelek dari biasanya. Si ibu males mandi, males dandan, males ngapa-ngapain. Daaaan, itu memang terjadi padaku. Aku dengan luar biasanya males sekali mandi, sehari sekali juga udah alhamdulillah. Jerawat mulai muncul di sekitar wajah dan tubuhku, dan aku cuma bisa pasrah karena kata ibuku itu pengaruh homon kehamilan. Kulit di sekitar wajah leher dan perut juga terlihat menghitam, sekitar muka (bibir dan hidung) membengkak, bahkan kaki pun bisa ikut membengkak. Percaya atau tidak, setiap aku mau berdandan memakai bedak, make-up itu seperti nggak mau menempel di kulit wajahku. Alhasil aku jadi seperti lenong. Suamiku sampai kasihan melihat kondisiku. Yah, persis seperti itulah yang terjadi padaku. Jauh dari kata 'cantik'!! (Dari sononya emang nggak cantik-cantik banget, jadi implikasinya signifikan, hehe). Tapi aku tetap sabar menjalani hari-hari buruk rupa itu, demi cinta dalam rahimku. Kata orang (lagi-lagi), nanti penampilan mengerikan itu akan kembali pada kondisi normalnya. 

Tapi harus kuakui, selain perubahan fisik yang mengalami downgrade, kehamilanku sebenarnya sangat tidak bermasalah. Padahal, ibuku sudah khawatir aku akan bermasalah -harus bedrest dan sebagainya- pada saat hamil, seperti yang dia alami saat mengandung anaknya dulu (aku maksudnya,hehe). Alhamdulillah, aku cuma mengalami 'ngidam' dua kali. Pertama, saat aku belum tau bahwa aku hamil. Ketika itu aku sangat amat ingin minum jus buah. Melihat didalam kulkas hanya ada tomat, akhirnya aku dengan sangat tidak biasa membuat jus tomat yang menurutku sangat lezat. Kedua, saat kandunganku berumur 4 bulan, aku yang sebelumnya tidak suka, tiba-tiba sangat mengidamkan gulai kepala ikan kakap. Aku kemudian makan satu porsi kepala ikan kakap di rumah makan padang 'Simpang Raya'. Satu porsi habis olehku sendiri, dan suamiku cuma bengong melihat istrinya tiba-tiba begitu doyan gulai kepala kakap. Aku baru tahu, ternyata ngidam itu memang bener-bener ada. 

Drama buruk rupa yang merundung pada masa kehamilan pertama ini rupanya belum cukup. Pada bulan ketujuh, aku tiba-tiba terkena sakit cacar. Aku yakin, virus cacar ini menular ketika aku pergi medical check-up ke sebuah RS Umum, dan mungkin duduk sebelahan dengan pasien cacar yang baru sembuh. Dari kecil, aku memang belum pernah sakit cacar, dan mungkin aku harus merasakan juga sakit cacar ini sekali dalam hidupku. Namun, entah mengapa cacar itu datang pada saat yang sangat tidak tepat, saat sedang hamil besar. Aku sempat khawatir karena virus cacar itu bisa juga membahayakan janinku, terlebih aku harus minum obat yang agak keras untuk melawan virus cacar itu. Akhirnya aku mengungsi kerumah ibuku di bandung selama dua minggu, untuk menyembuhkan gatal-gatal dan panas di seluruh kulitku. Sembari berdoa semoga janinku tidak terkena pengaruhnya.

Bulan kesembilan tiba, dan aku sudah bersiap-siap cuti dari kantor. Aku berencana melahirkan di Bandung, sehingga seminggu sebelum duedate aku pulang ke rumah Ibu dan menunggu tanda-tanda mules itu datang. Seminggu diam dirumah, menjelang umur kehamilan 40, belum ada tanda-tanda mules atau kontraksi. Pernah ia datang sekali, tapi setelah itu tak muncul lagi. Itu yang disebut dokter sebagai kontraksi palsu. Ibu dan suamiku terus menyemangatiku untuk rajin berjalan kaki, banyak bergerak, jongkok dan mengepel lantai. Setiap pagi, aku dengan semangat terus berjalan cepat di taman kompleks, senam hamil, sambil merasa-rasa apakah mules itu akan datang. Karena sudah masuk minggu ke-40, aku berkonsultasi dengan dokterku dan mengutarakan kecemasanku. Dokterku bilang kita tunggu lagi 1 minggu karena air ketubanku masih cukup dan baik. Ia menyarankanku untuk sering berhubungan dengan suamiku. Tapi apa daya, suamiku sendiri juga nggak tega untuk melakukan ritual denganku yang berbadan seperti ikan paus, hahaha. Dokter juga memberika obat perangsang mules yang katanya bisa diminum sehari sebelum kehamilanku memasuki 41 minggu. Kalau sampai minggu depan tidak ada mules juga, maka dokter akan mengambil tindakan induksi ataupun operasi cesar jika diperlukan. Duh, ketar-ketir banget deh aku ini. Ayo, nak, jangan terlalu betah di dalam perut bunda ya.

Beberapa hari setelah kontrol ke dokter, aku masih menyempatkan diri nonton bioskop di mall. Aku ingat, film yang kutonton adalah film 2012 yang waktu itu heboh dengan praduga kiamat itu. Hari itu adalah hari senin, dua hari sebelum kehamilanku masuk 41 minggu. Aku meminta izin suamiku untuk meminum obat perangsang mules itu, tapi suamiku menyuruhku menundanya hingga hari rabu, karena ia ingin anaknya tidak lahir di hari selasa (katanya orang yang lahir di hari selasa itu agak keras kepala). Hingga akhirnya waktu tiba pada rabu istimewa itu. Aku dan suami sudah memantapkan hati, jika sampai sore ini aku tidak mules juga, aku akan meminum obat perangsang mules itu. Pagi hingga siang, semua berjalan seperti biasa. Aku masih bisa tidur siang, walaupun entah kenapa aku merasa tidak enak perut. Aku baru menyadari belakangan, mungkin itulah yang dinamakan awal-awal kontraksi.

Jam enam tepat, sebelum maghrib, aku masih sempat menyantap makan malam buatan ibuku. (Alhamdulillan, makanan ini jadi bekal tenaga). Setelah makan, aku meminum obat perangsang mules itu. Dengan harapan besok pagi aku sudah merasakan mules itu. Tapi ternyata, mules itu datang lebih cepat dari dugaan. Setengah jam kemudian, tiba-tiba perutku terasa melilit, rasanya seperti cucian yang diperas sekuat tenaga. Sakit sekali. Beberapa kali aku bolak-balik ke kamar mandi, karena kupikir aku ingin buang air besar. Tapi percuma, di kamar mandi pun aku tidak bisa menghilangkan mules ini. Aku bilang pada ibuku bahwa perutku sudah terasa mules banget, mungkin inilah sang kontraksi itu. Tapi ibuku dengan santainya bilang bahwa ini masih kontraksi awal, dan biasanya hal ini akan berlangsung lama, bahkan bisa belasan jam. Akupun kemudian berusaha santai walaupun peraasaan mules itu sungguh tak tertahan. Malah, aku masih sempat memberitahu ibuku cara update status di facebook. 

Ibuku bilang, biasanya kontraksi awal itu terjadi setiap 3 atau 4 jam sekali, hingga kemudian bertambah tinggi intensitasnya menjadi 1 jam sekali, hingga nanti pada akhirnya menjadi 5 menit sekali. Namun yang kurasakan sungguh berbeda. Aku langsung merasakan kontraksi hebat itu hampir setiap lima menit sekali. Bahkan lima belas menit kemudian, flek darah sudah keluar. Ibuku keheranan, masak iya sih udah 5 menit sekali? Iya mah, sumpah deh ini sakitnya udah 5 menit sekali. Lagian ngapain juga ya aku bohong? heuheu..

Berdasar petuah dari mertuaku, jangan pergi ke Rumah Sakit sebelum ada flek darah yang keluar. Kemudian, aku putuskan menelefon mertuaku dan melaporkan keadaan, bahwa flek darah sudah mulai keluar. Mertuaku kemudian menyarankan untuk berangkat ke Rumah Sakit, katanya mungkin beberapa jam lagi kamu akan melahirkan. Saat itu sekitar jam setengah tujuh, kita putuskan untuk segera ke RS saat itu juga. Namun sayang, mobil dirumahku sedang dipakai adikku kuliah. Dan butuh waktu satu jam lagi hingga ia tiba di rumah. Ibuku seketika panik, bingung, berjalan gusar kesana kemari. "Udah, mama jangan panik. Aku yang mau ngelahirin aja, santai." Ujarku sesaat sebelum pergi ke RS, sambil cengengesan. 

Akhirnya aku memutuskan mengikuti usul suamiku untuk berjalan ke Rumah Sakit yang berjarak 500m dari rumahku. Aku berjalan perlahan, dituntun oleh suamiku yang sudah siap menemaniku sejak seminggu lalu. Hampir setiap tiga menit sekali, perutku dirundung sakit yang sangat melilit. Sakitnya seratus kali lipat dari sakut perut saat menstruasi yang menurutku sebelumnya sudah sangat sakit itu. Dan setiap kali sakit itu datang, aku berhenti berjalan, terjongkok menahan sakit. Terbayanglah, berapa lama yang kubutuhkan untuk sampai di RS yang sebenarnya dekat itu. Tetanggaku yang baru pulang melihatku dan menawarkan untuk mengantarku ke RS, namun aku menolak karena aku tak ingin merepotkan. Beberapa langkah lagi aku berjalan, sakitnya semakin menjadi. Beruntunglah, ada seorang tukang becak yang lewat. Sehingga akhirnya kami berdua naik becak ke RS tersebut.

Sampai di depan pintu RS, aku mengaduh sembari menahan sakit. Sang suster tersenyum simpati, ia menyambutku dengan membawa kursi roda dan menyuruhku duduk di situ. Ia mendorongku ke ruang persalinan sembari mengingatkan bahwa ini masih awal, jadi aku harus sabar, karena semakin lama pasti akan semakin sakit. Aku cuma diam meringis kesakitan. Sampai di ruang persalinan, kemudian ia menyuruhku berbaring untuk memeriksa pembukaan leher rahimku, ini dinamakan pembukaan dalam. Aku kaget sekali karena suster itu memasukkan jarinya ke leher rahimku, dan rasanya ngilu-ngilu gimana gitu. Alangkah terkejutnya suster itu, karena ternyata pembukaanku sudah masuk di angka 8cm, alias pembukaan 8, dua tahap sebelum pembukaan penuh. Yang artinya, tak lama lagi bayiku akan lahir. Ia mengaku biasanya orang-orang baru pembukaan 1, 2 atau 3 saat pertama kali masuk RS. Apalagi, ini persalinan anak pertamaku. Ia kemudian dengan sigap memberi tahu suster lainnya untuk bersiap-siap karena sebentar lagi aku akan melahirkan. Ia mengganti pakaianku dan memperingatkanku untuk tidak mengejan sebelum bukaan lengkap. Ia juga menyuruhku tidur menyamping supaya proses pembukaan menjadi lebih cepat.

Saat itu, detik demi detik merambat sangat lambat. Sakit yang luar biasa aku rasakan di sekitar perut, pinggang, punggung dan selangkanganku. Aku merasa bayiku sudah mendorong keluar dengan begitu dahsyatnya. Aku pun sudah tak sanggup menahan sakitnya, sehingga aku beberapa kali mengejan walaupun belum waktunya. Tiga menit sekali, gelombang sakit itu datang. Setelah dua puluh hingga tiga puluh menit paling melelahkan, suster kembali datang dan mengecek pembukaanku. Kemudian ia mengatakan bahwa aku sudah siap dengan bukaan lengkap. Suster segera memanggil dokter. Sementara aku masih menahan sakit dengan menjepitkan jari-jari tanganku di ranjang. Hatiku tak henti mengucap doa dan memohon pertolongan, walaupun mulutku terkatup rapat nyaris tanpa suara. Suamiku menunggu diluar, ia tak tahan melihatku yang bersimbah darah (ceile udah kaya lagi adegan film kolosal), sementara ibuku yang baru datang memegang tanganku sembari menyemangatiku.

Dokter dihadapanku telah bersiap. Aku merasakan dorongan yang sangat kuat dari dalam rahimku, seolah-olah jabang bayi ini ingin segera keluar. Pada saat itulah, dokter berkata bahwa ia telah melihat kepala bayiku, dan menyuruhku untuk mendorong bayi keluar. Dorongan pertama belum berhasil. Karena tiba-tiba rasa itu hilang, dan dokter menyuruhku untuk berhenti mendorong. Aku meraih nafas. Tak lama, aku merasakan dorongan itu lagi. Tentunya kesempatan kali ini tak kulewatkan sia-sia. Aku mengerahkan seluruh tenaga untuk mendorong kepala bayiku yang cukup besar menurut dokter. Namun masih belum berhasil. Dokter mengingatkanku untuk tidak terpejam saat mengejan, khawatir akan berakibat pada kerusakan syaraf mata. Ia meminta izinku untuk menggunting sedikit jalan lahir untuk bayiku, karena aku masih kesulitan mengeluarkan kepala bayiku. Dokter khawatir aku akan kehabisan tenaga. Terdengar bunyi krek seperti orang sedang menggunting kain, tapi aku tidak merasakan apa-apa. Dokter juga menyuruh ibuku untuk membantu mendorong bayi dalam perutku, dan aku disuruh mengatur nafas. Ketika mules itu datang lagi, dokter menyuruhu mengejan dengan lebih keras, mengatupkan mulut dan membuka mataku. Dan, aku berhasil! Seketika kepala bayiku keluar, suster menyuruhku bernafas pendek-pendek untuk membiarkan tubuh bayiku keluar. Tidak sesulit sebelumnya, tubuh bayiku terasa lembek dan kenyal seperti agar-agar.

Seketika dokter mengangkat bayiku, dan mengatakan selamat karena bayiku sehat, seketika hatiku langsung dihempas gelombang bahagia penuh syukur dan haru yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Aku merasa begitu bersyukur atas kebaikan yang diberikan Allah SWT padaku dan anakku. Masih tak percaya bahwa akhirnya aku telah dipercaya menjadi seorang ibu. Saat melihat wajahnya yang mungil dan tanpa dosa, aku terharu sekali, ternyata aku mampu menjadi seorang ibu. Dan saat itu juga aku langsung ingin memeluk ibuku, mengucapkan terima kasih karena sekarang aku baru tau perjuangan seorang ibu saat melahirkan.

Suster kemudian menaruh bayiku tepat di atas dadaku. Kami dekat sekali. Matanya seolah memandangiku dan mengatakan halo, bunda. Ia kemudian mengemut tangan mungilnya sambil terus memandangiku. Ah, tak akan mungkin aku lupa tatapan mata pertamanya, betapa aku jatuh cinta. Tatapan indahnya meluluhkan hatiku, yang membuatku berjanji untuk selalu menjadi yang terbaik baginya. Mulut mungilnya kemudian mulai mengecap dan mencari-cari sumber susunya. Cintaku telah terlahir penuh kasih.
 

Takkan terlupakan. Bandung, 18 November2009. 20.30 WIB.












(Jakarta, 11 Maret 2011)

Monday, February 21, 2011

Kuingin Menangis Penuh Rindu

Dalam sudut ruang temaram
Terhampar niat menjemput rindu
Menatap wajah Kekasihku
Yang tak pernah pergi menjauh

Bulir-bulir sejuk yang membasahi wajahku
Memadamkan titik api neraka
Menghantarkan kesucian dan keindahan
Dalam tubuh penuh penghambaan

Terpejam
kumenanti getar itu dihatiku
Lambat sekali ia datang
Bahkan berkali-kali aku kehilangan

Oh Cintaku Yang Maha Agung
Kemanakah rasa itu menghilang?
Betapa hati ini telah kehilangan kelembutan
Tergerus deras zaman kemunafikan

Rindu..
Aku ingin bersimpuh penuh rindu
Dalam doa mengingat utuh kebesaranMu
Seperti rindu yang selalu dirasakan Rasulullah
bersama denyutan nadi dan alirah darahnya

Cinta..
Aku ingin menangis penuh cinta
Dalam harap memohon ampunanMu
Seperti tangis Rasulullah yang mengisi
kekhusyukan malam  bersamaMu

**Mencari kekhusyukan hati** 

Saturday, February 5, 2011

Phuket Here We Come!


Berbekal tiket promo airasia seharga 400.000 PP/orang, saya, suami dan anak saya (aqqil) akhirnya berangkat ke phuket island pada hr minggu kmrn. Jam 18.00, kita bertolak dari bandara soekarno hatta naik pesawat airbus 320. Di pesawat aqqil gak mau diem sama sekali, ia lari-lari masuk ke kabin belakang, ganggu-gangguin mbak pramugari.hehe

Jam 21.00, kita sampai di phuket international airport, jangan lupa ambil peta phuket yang disedian gratis didalem bandara. Keluar bandara, di sebelah kanan ada meja agen travel yang nawarin minivan ke arah patong dengan harga 150bath/org. Kalo naik taxi meter, sekitar 400bath (1 bath = 310 rupiah). Karna kita mau wisata murah, jadi kita milih naik minivan aja. Minivan yang ke arah kata dan karon juga ada, seharga 180 bath/orang. Minivan itu kaya mobil travel cipaganti jkt-bdg. Pas kita masuk, didalem udah penuh sama bule-bule sekitar 7 orang. Gak berapa lama, masuk lagi 2 orang lainnya, dan kita langsung jalan menuju patong. Di tengah jalan, minivan sempat berhenti sebentar, untuk menanyakan posisi hotel yang dituju. Selain itu mereka juga nawarin paket tur, tapi menurut temen saya harganya masih lebih mahal, jadi mending ga usah diambil.
Minivan nganterin kita persis di depan hotel yang kita tuju. Kita nginep di M&K Guesthouse, di daerah soi banzaan, patong. Dari luar bentuknya kaya ruko, tapi kamarnya ternyata bersih dan lengkap, ada kulkas, tv, ac, hot/cold shower. Air panas juga disediain di dapur, jadi kita bisa ambil semaunya., buat makan popmie,hehe. Dengan room rate 450 bath/malam, qta booking via hostelbookers, guesthouse ini udah sangat-sangat lumayan banget. Malam itu kita cepet-cepet tidur, supaya besok bisa jalan-jalan dengan semangat.Day 1 : Keliling Phuket Island Naik Motor
Kita bangun pagi-pagi banget, karena disana kita gak yakin sama makanannya halal atau gak, akhirnya kita sarapan roti isi ayam yang dijual di 7-11. Harganya 20 bath/pcs, lumayan buat ganjel perut sampe nanti siang. Karna sewa motor di hotel tempat kita nginep mahal, akhirnya kita jalan-jalan cari tempat sewa motor yang lain.
Udah jam 8, tapi hampir semua tempat masih pada tutup. Orang thai disana emang pada buka toko nya diatas jam 10, karena mereka buka sampe malem banget. Akhirnya, setelah muter-muter tuh jalan ampe 4 kali, ada juga orang thai yang mau bantu kita. Dia telfonin temennya, dan kita dikasih harga 200 bath/day. Gara-gara nyariin sewa motor, kita jadi kesiangan jalan-jalan deh, jadi langsung ngaciiirrr..Tempat pertama yang kita datangin adalah patong beach. Pantainya penuh sama bule-bule yang lagi pada berjemur. Karna masih banyak yang harus didatengin, akhirnya cuma aqqil aja yang main pasir dan sempet berenang.Dari patong, kita turun ke selatan, ke arah pantai karon. Pantainya mirip-mirip dengan patong, cuma lebih sepi. Penginapan didaerah sini juga lebih mahal, karena katanya pantai disini lebih eksklusif. Dari pantai karon, kita jalan ke tengah pulau phuket, menuju wat chalong. Tempat sembahyang orang thailand yang beragama buddha.Gak jauh dari wat chalong ini, sebenernya ada big buddha diatas bukit, view phuket bisa keliatan bagus bgt dr atas sana. Sayangnya, waktu kita terbatas, jadi gak sempet deh naik keatas bukitnya.Dari sini, kita langsung ke prophtem cape. Tapi, dijalan kita sempet nyasar dulu di daerah yang namanya rawai beach. Di rawai beach ini, pantainya jelek, karena daerah ini keliatannya perkampungan nelayan. Akhirnya kita mutusin buat makan seafood dulu disini, kerang yang besar-besar dan jus nanas. mmm, yummy! Waktu udah menunjukkan pukul 16.30, karena kita pengen sampe di propthem cape sebelum maghrib, maka kita buru-buru langsung jalan kesana. Prophtem cape ini adalah ujung paling selatan dari pulau phuket, yang katanya adalah tempat paling bagus buat liat sunset.Ternyata waktu sunsetnya jam 18.30, masih lama banget kalo mau nunggu sunset. Akhirnya kita foto-foto, naik ke atas menara, dan menikmati langit yang keren banget menjelang sunset. Gak sempet tunggu sunset, kita langsung meluncur lagi ke kata beach. Pantai nya udah sepi, karena langit juga sudah mulai gelap. Di deket sana, ada kata view point dimana kita bisa liat garis pantai putih sepanjang pesisir phuket.Dari pantai kata, kita langsung pulang kerumah. Aqqil udah kecapen dan bobo di sepanjang jalan. Waktunya istirahat dan nge-charge energi buat besok lagi. Sebelum pulang, kita sempet isi bensin dulu, seharga 80 baht full tank. 

Day 2 : Phi-phi Island Tour
Hari kedua kita mutusin untuk ikut tur ke pulau phi-phi. Kita booking dari travel agent yang ada di sebelah guesthouse kita. Dapet harga 1200bath/orang. Aqqil gak perlu bayar, karena masih infant. Kita dijemput jam 8 dari guesthouse pake minivan, langsung menuju marina pier. Di pier, udah ngumpul rombongan yang mau berangkat tur. Jam 1/2 10 kita naik speedboat langsung menuju pulau phi-phi. Saat itu, ombaknya lagi besar banget, jadi speedboat nya bener-bener lompat-lompat dihantam ombak. Beberapa bule aja sampe mual dan muntah. Saya juga sempet ngerasa puyeng. Tapi alhamdulillah aqqil tetep santai santai aja. Great boy!Tempat pertama yang kita datengin adalah maya bay. Tempat syuting film the beach-leonardo dicaprio. Tapi sayangnya, gak sepi kaya di film, hari itu maya bay crowded banget sama rombongan turis.Santai-santai di maya bay kita cuma dikasih waktu 30 menit, selanjutnya kita diajak agak ke tengah laut, untuk snorkeling dan berenang. Tapi waktu yang dikasih juga cuma 30 menit, gak puas deh kita main airnya. Dari situ, kita sightseeing ke pileh lagoon, loh samah bay, viking cave dan monkey beach.Jam 2 siang, kita diajak makan di phi-phi don island. Makanannya lumayan enak, dan dijamin halal. Acara makan ini udah termasuk dalam paket tur, jadi ga perlu bayar lagi. Setelah makan, kita foto-foto dan santai-santai dulu di pinggir pantai, sambil nunggu makanan turun sebelum diguncang-guncang lagi sama ombak.Setelah itu, kita lanjut lagi ke pulau terakhir, Khai Island. Di pulau ini sebenernya kita bisa ngasih makan ikan di pinggir pantai. Tapi pada saat itu, air laut sedang surut, sehingga lautnya jadi dangkal banget. Ikan-ikan adanya ditengah-tengah. Suami saya bahkan sempet kena bulu babi. Duh, sakit! Kata guide kita, obatnya adalah nanas. Bener juga lho, abis ditempelin nanas, sakitnya langsung ilang. Abis santai-santai di bangku pantai, kita langsung naik speedboat lagi, balik ke phuket island.Sampe phuket udah jam 1/2 7 malem, langsung mandi, makan dan istirahat. Karena aqqil udah kecapean. :)

Day 3 : Sunbathing @ Patong beach
Kemarin kita sempet ditawarin tur james bond seharga 1200 bath/orang pake speedboat, atau 900 bath/orang pake long tail boat. Tapi, berdasar pengalaman tur kemaren yang cape banget, dan berasa dikejer2 kompeni melulu. Akhirnya hari ini kita mutusin untuk santai santai di pantai patong. 
Dari guesthouse, kita jalan kaki ke patong beach, lewat jungceylon mall. Sempet foto-foto dulu di sana, sambil istirahat.
Sampai di pantai patong jam 8, kita sewa kursi pantai, seharga 200 bath/ 2 kursi.Pantai masih agak sepi, belum ada bule yang berjemur. Aqqil memuaskan diri main pasir dan berenang berkali-kali. Sementara ayah dan bunda bisa relaxing sejenak memandang birunya laut dan langit. what a beautiful holiday!Setelah puas main-main di pantai, kita makan di king burger dan jalan pulang ke guesthouse. Kita harus siap-siap, karena jam 5 kita harus berangkat ke airport, untuk balik pulang ke jakarta. Thanx Phuket, hope we can visit u again.. :)

Jakarta, 5 Februari 2011